Kamis, 27 Februari 2014

Menjadi Karyawan yang Menonjol

     Sebagai pecinta buku,saya sering bolak-balik ke toko buku untuk mencari buku terbaru. Satu hal yang menarik adalah ada satu karyawannya yang menyukai buku, pengetahuannya luas akan buku beserta penerbit dan pengarangnya. Begitu detail.
     Saya suka sekali bercakap-cakap dengannya,karena referensi yang diberikan bagus, disamping pelayanannya yang sigap. Bagi saya itu adalah nilai plus yang tidak semua orang bisa berikan.Orang tersebut benar-benar bekerja sesuai dengan minatnya. Bayangkan saja penggemar buku bisa bekerja di toko buku dan membaca buku secara gratis. Ya benar,anda tidak salah membaca.Gratis! Karena biasanya penerbit memberikan buku sampel untuk dibaca para karyawan.
     Berapa banyak orang yang hidup dan bekerja sesuai dengan minatnya seperti contoh di atas? Hanya anda sendiri yang bisa menjawabnya.
     Bayangkan jika anda bukan seorang pengemar buku,dan harus berkutat dengan berbagai macam judul buku,pengarang,penerbit setiap harinya. Sanggupkah anda? Saya sih senang-senang saja. Salah satu cita-cita saya memiliki toko buku,agar bisa baca buku gratis. Tidak perlu beli lagi,dan selalu up to date dengan perkembangan buku. Walau nasib buku fisik banyak yang bilang akan habis tergantikan dengan electronic book.
     Lanjut ke kisah karyawan toko tersebut,akhirnya ia memutuskan keluar dari pekerjaannya. Saya tidak tahu ia kemana,tetapi sungguh sangat disayangkan dengan kualitas yang begitu baik ia harus keluar dari situ. Bagi saya sebagai konsumen cukup kehilangan karena penggantinya tidak sepadan,ketika ditanya mengenai buku apa yang bagus tidak ada yang bisa menjawab selugas orang tersebut. Pekerjaan boleh saja sama tetapi semangat untuk melakukan pekerjaan yang berbeda.
     Semangat tidak bisa timbul dari luar diri melainkan dari dalam diri. Inisiatif,kemampuan menalar,dan mencintai pekerjaan akan membuat seseorang tampak menonjol dimanapun seseorang ditempatkan.

Rabu, 26 Februari 2014

Tips Membuka Usaha Bersama Teman atau Saudara

Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi.
  • Pastikan memiliki visi yang sama. Seringkali melihat usaha yang bubar atau pertikaian karena tidak memiliki visi yang sama. Visi adalah harapan untuk ke depan,jangan hanya memandang masa yang sekarang. Contoh mudah. A ingin membuat perusahaan berbasis sosial,B ingin perusahaan berbasis profit. Tidak ada perusahaan sosial yang memiliki profit besar,karena uang yang diperoleh diolah lagi untuk didonasikan. Jangan sampai anda berpikir untuk membuat tempat ibadah karena berpikir dapat menghasilkan uang banyak. Jika terbesit pemikiran seperti itu bertobatlah anda.
  • Pikirkan jalan keluar yang damai apabila terjadi pertikaian,terkadang ketika berbisnis berdasarkan kekeluargaan,tidak memikirkan bagaimana jalan keluarnya. Karena bisnis seperti itu boleh dikatakan tidak akan selamanya. Walau bisnis keluarga yang sukses pun banyak.
  • Jika bisa,membuka usaha bersama harap kedua pihak bekerja,jangan sampai hanya satu pihak yang bekerja. Jika kedua belah pihak tidak mau bekerja, pekerjakan seseorang untuk menjadi penanggung jawab akan usaha tersebut. Maka sengketa di kemudian hari bisa tereduksi.

Selasa, 25 Februari 2014

Adakah Pertemanan Abadi ?

     Apakah dasar dari pertemanan? Jika jawaban saya salah tolong diperbaiki. Jawabannya semua hanya berdasar kebutuhan dan kepentingan, layaknya politik.Teman bisa menjadi lawan, lawan bisa jadi kawan jika memiliki tujuan yang sama. Disekolah persahabatan adalah yang nomor 1. Jika sudah menjejak dunia nyata semua hanyalah masalah materi.
     Percayakah anda jika seseorang bisa berteman sekaligus bersaing dalam suatu bidang? Jika begitu bagaimana menyeleksi pertemanan? Paling mudah dengan mencari teman ketika sedang dilanda kesusahan,jika dalam kondisi senang semua akan datang menghampiri,tidak tahu siapa teman sungguhan atau teman berbulu domba. Jika dalam keadaan susah maka akan tampak siapa teman betulan siapa teman dalam kesenangan.Itu pemikirin picik saya.
     Semua orang mengagung-agungkan pertemanan semasa sekolah ketika dewasa disuruh memilih teman atau harta? "Uang bisa membeli teman,tetapi teman belum tentu menghasilkan uang." Ucapan mantan bos saya kepada saya.
     Bahkan ada seorang yang dulunya miskin,tidak dianggap,tidak dihiraukan keberadaannya. Bahkan karena sakit hatinya ketika menjadi kaya hidup di alam materialisme, ia malah menunjukkan power of money,dan semua yang dahulu mengabaikannya berbalik arah menghormati. Entah menghormati orangnya atau menghormati isi dompetnya.
     Berbisnis dengan teman itu sama rumitnya. Jika anda berpikiran untuk usaha bersama teman pikirkan bukan hanya yang baiknya tetapi bagaimana cara bubar yang baik (exit plan). Jangan hanya bilang percaya, tak akan membohongi, dan lain sebagainya. Pikirkan yang terburuk tetapi harapkan yang terbaik.
     Beberapa kali saya bercakap-cakap dengan teman sejawat yang berbisnis bersama teman hasilnya kurang lebih sama, kalau tidak terjadi sengketa, ya perang dingin,malas ngobrol. Ada yang bilang harus profesional tetapi pada ujungnya ketika bertemu hanya sekedar say hello. Kalau tidak ya saling mengacuhkan saja,dengan alasan sok sibuk, atau sibuk beneran toh tidak ada yang tahu.
     Tulisan ini dibuat untuk mengutarakan unek-unek saja. Jangan ditanggapi dengan terlalu serius, bagi saya sendiri semua itu adalah pengalaman hidup.Nikmati saja,toh semua tetap akan ada yang namanya pro dan kontra,tidak perduli apakah tanggapan orang karena anda sendiri yang menjalani setiap pertemanan yang anda jalin.

Senin, 24 Februari 2014

Rumah Buku --- Toko Buku dengan Diskon Tinggi

Kartu Diskon 25%

     Masih gemarkah anda membaca buku di jaman sekarang ? Dari dulu hingga sekarang saya menikmati buku,baik berupa buku pelajaran,novel,sastra, filsafat ataupun yang lain.
     Rumah Buku dengan koleksi yang cukup lengkap(buku yang baru terbit biasanya langsung tersedia). Disinilah saya biasa berbelanja buku. Dengan diskon sebesar itu membandingkan harga buku dengan item yang sama dengan toko buku nasional yang berdiri di berbagai pelosok Indonesia rasanya berbeda jauh. Bayangkan,toko buku nasional tersebut hanya memberi diskon maksimal 10% dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dan setahu saya hanya menggunakan kartu kredit,dan saya tidak memiliki kartu kredit.
     Rumah Buku yang beralamat di jalan Ngagel Jaya no 41Surabaya,memberi saya diskon 25%. Jika anda pengemar buku maka hal tersebut akan sangat berarti. Apalagi biasanya saya membeli buku tidak hanya satu ataupun dua terkadang kalau sedang kalap bisa mencapai lima hingga enam buku,apalagi ada penulis yang saya senangi menerbitkan buku tidak pakai lama langsung saya sambar buku itu.
     Rumah Buku juga ada di kota Bandung di jalan W.R. Supratman No.96. Saya bukan berpromosi mengenai toko buku ini,tetapi jika ada ada tempat yang murah bagi para pencinta buku mengapa juga kita tidak saling berbagi informasi?

Minggu, 23 Februari 2014

CCTV (Closed Circuit Television)

 Monitor CCTV di kantor

     Ingin merasakan menjadi Tuhan? Cobalah anda memasang CCTV di kantor atau rumah anda. Dengan moto,mata Tuhan ada dimana-mana. Mungkin itu alasan seseorang menciptakan CCTV pertama kali.
     Mengapa juga diperlukan CCTV? Menurut saya,CCTV dibuat untuk mengawasi kinerja serta kejujuran karyawan,serta merekam kejadian-kejadian yang terjadi. Lucu juga ketika seseorang bekerja diawasi CCTV maka mereka berlaku lebih "rajin" daripada biasanya. Apakah nilai kepercayaan saja tidaklah cukup? Di jaman sekarang hal itu tidaklah cukup. Mereka tidak memiliki etos kerja yang cukup.(catatan : jangan digeneralisir karena CUKUP pun standarnya berbeda-beda ).
     Entah kenapa dari dahulu hingga sekarang apabila ada atasan,kerja mereka selalu tampak rajin,ketika ditinggal atasan,sifat aslinya muncul. Mulai dari malas-malasan,ogah-ogahan,tanpa motivasi.(salah satu akibat dari bekerja hanya bermotivasikan uang,acuannya gaji tinggi,pertanyaannya sampai setinggi apakah mereka baru puas dan bekerja maksimal? Bukankah seharusnya bekerja maksimal maka gaji bisa menjadi tinggi?)
     Pegawai yang memiliki komitmen akhirnya hanya bisa berkeluh kesah,karena bagaimanapun juga apabila ada satu orang yang bermalas-malasan maka ada yang harus bekerja ekstra untuk menutupi kinerja yang malas tersebut,atau terseret virus yang bernama malas tersebut. Maka CCTV pun menjadi bukti tak terbantahkan mengenai kinerja masing-masing karyawan.
     Fungsi lain dari CCTV adalah merekam kejadian yang terjadi. Ketika karyawan di bagian Customer Service kebingungan mencari kalkutor di meja tempat ia bekerja. Kemanakah raibnya? Maka CCTV pun diamati untuk mencarinya. Ternyata kalkulator tersebut dibawa pembeli dengan tidak sengaja.
     Saya hanya merasa kasihan kepada mereka yang digaji hanya untuk memonitor CCTV. .Sudah sering saya jumpai wajah kusut para karyawan supermarket yang bertugas mengawasi karena  . memandang sebegitu banyaknya layar yang dipampang setiap hari. Ataupun polisi yang bertugas di RTMC (Regional Traffic Management Center) menyaksikan arus lalu lintas sepanjang hari.Saya yang hanya memiliki 8 kamera saja merasa sangat letih untuk memandanginya
     Menurut pandangan saya,CCTV diciptakan manusia karena sekarang manusia lebih takut pada sesuatu yang nampak daripada yang kasat mata,contohnya Tuhan. Setuju ?

Sabtu, 22 Februari 2014

Letih...

     Menjadi tegar itu berat,berdiri kokoh tak tergoyahkan layaknya batu karang yang tetap berdiri walau diterjang gelombang setinggi apapun,walau manusia bukanlah batu karang. Manusia terkadang butuh bahu untuk disandarkan,mengambil sebuah jeda untuk bernafas.
     Tegak menghadapi berbagai macam permasalahan,rongrongan,maupun tuntutan. Ada saatnya ketika semangat itu mengendur,berubah menjadi rasa frustasi yang berkepanjangan,apakah harus berbalik menjadi cengeng?
     Semua orang pasti mengalami apa yang saya rasakan, Ketika emosi bergolak terus menerus. Tak tahu harus bagaimana menumpahkannya.Lemah letih lesu,walau saya tahu semua itu akan berlalu, Ini bukanlah titik nadir,karena setelah badai mentari pasti kan bersinar. Rasa frustasi harus dilawan. Bukan untuk mengharu biru menikmati penderitaannya.
     Terlalu banyak hal yang harus dipikirkan? Mungkin saja. Terlalu berhati-hati menghadapi permasalahan,terkadang hanya ingin hanyut,larut dalam arus,tanpa perlu melawan,hanya menikmati. Mengikuti arus. Tak ingin menjadi berbeda,melainkan serupa dengan dunia.Walau harus membuang idealisme.

Postingan ke 223

     Setelah dipraktekkan,komitmen menulis setiap hari cukup melelahkan,terkadang hingga larut malam baru akan menulis. Salah satu faktornya karena keasyikan menonton TV,terkadang pulang kerja terasa sangat capai,inginnya hanya tidur. Untuk menyalakan komputer pun tak sanggup,tapi tetap menulis walau terkesan memaksa. Jika dihitung sudah ada 223 postingan. Walau pada awal-awal penulisan saya mencomot dari sana dan sini.
     Dilema yang saya alami sebenarnya bagaimana menemukan ide penulisan setiap hari ketika berada di depan komputer.Ketika berada di kantor,ide rasanya bersliweran menunggu untuk dituangkan, terkadang ketika berada di jalan raya,mengemudi sembari memandang sekeliling ide pun muncul,tetapi yang namanya pemikiran itu harus segera ditangkap,jika tidak ide itu akan menguap tak berbekas.
     Ketika berada di jalan saya menemukan solusi. Kenapa tidak memakai voice recorder dari telepon genggam? Itu salah satu opsi. Solusi lainnya saya mencoba mencatat di sebuah kertas untuk ide-ide penulisan ketika berada di kantor.
     Mengembangkan sebuah ide dijadikan sebuah penulisan pun tak mudah. Tapi seiring berjalannya waktu,saya bisa belajar dan mengembangkan kerangka berpikir terus menerus.
     Sempat terbesit pula untuk mengcopy paste tulisan dari blog maupun website orang lain untuk saya tampilkan disini. Tapi nantinya bisa terkena dampak bagi saya sendiri. Lama-lama malas membuat tulisan sendiri,karena lebih mudah mencomot tulisan orang lain. Dan yang membaca pun malas,karena sudah pernah membaca tulisan ini ditempat lain.
     Akhirnya menambah satu komitmen lagi,mencoba sebisa mungkin membuat tulisan original,tidak ada ditempat lain.Kalimat dari para penulis yang pernah saya baca "Buatlah tulisan itu sesuai dengan kata hatimu,bila senang maka coba tuangkan rasa senang itu agar tersalurkan melalui tulisan pun sebaliknya jika sedih maka coba tuangkan rasa sedih itu melalui tulisan,walau proses itu tidak mudah."

Jumat, 21 Februari 2014

Keluhan Pengeluh

     Perlukah mengeluh? Bagi beberapa orang mungkin perlu. Jika dilihat dari gender,perempuan mengeluh hanya minta untuk didengarkan,berbeda dengan pria yang membutuhkan solusi.
     Jika dikategorikan,mengeluh masuk kategori manakah? Negatif atau positif? Silahkan tentukan sendiri.
     Mengeluh itu mengeluarkan unek-unek biar tidak dipendam terus,jika dipendam terus malah jadi penyakit. Tapi siapa yang mau jadi pendengar setia? Pendengar setia ya pasti konselor. Profesi yang dibayar untuk mendengarkan permasalahan sembari memberi solusi bagi yang mau mendengarkannya.
     Mengeluh itu terkadang minta dikasihani. Yang mendengarkan terkadang tidak tahu harus berbuat apa. Toh memberi rasa iba saja tak berguna (menurut saya). Cuma berkata "kasihan ya..."Omong kosong apa lagi itu.
     Mengeluh pun harus memilih kepada siapa harus memberi keluhan. Salah sasaran bukan dukungan yang didapat,malah dorongan untuk terjerembab semakin dalam.
     Sebenarnya paling enak berkomunikasi kepada Tuhan melalui doa,sembari berharap mendapat bisikan. Siapa tahu menemukan solusi tepat guna. Tapi tidak semua orang peka,bahkan yang berdoa pun menjadi bingung,ini bisikan Tuhan atau bisikan setan?
     Termasuk keluhankah tulisan saya ini?

Rabu, 19 Februari 2014

Aku dan Gitar

Lokasi di ruang gitar Melodia. Sederhana bukan?

Gitar Yamaha C-315 yang tak tersentuh. Ada yang berminat?

     Siapa tidak mengenal yang namanya Gitar? Salah satu alat musik populer disamping piano yang terkesan lebih berkelas walau gitar lebih merakyat. Kini gitar saya sudah berdebu,berdiri di sudut tembok,tergeletak tanpa pernah disentuh.
     Awalnya ada teman gereja yang mau mengajari dengan gratis,asalkan mau belajar dengan sungguh-sungguh. Kesempatan yang tidak boleh ditolak bukan? Bisa bermain gitar itu keren,alat musik yang bentuknya sederhana,bisa dibawa kemana-mana,dan dimainkan dimanapun.Ternyata untuk menjadi keren butuh usaha ekstra,bukan hanya asal genjreng,butuh pengorbanan,buku jari yang menebal,rasa perih di jari pun harus dirasakan. Hingga jari pun mati rasa.
     Akhirnya kesukaan akan gitar berjalan seiring dengan seringnya bermain.Gitar yang disukai adalah gitar akustik,suara ringan,tanpa raungan yang memekakkan telinga,bahkan tidak perlu diberi pernak-pernik.
     Melihat orang bermain gitar itu rasanya mudah,begitu praktek sendiri,tak semudah bayangan. Sempat ikut kursus gitar selama 2 tahun di Melodia tapi karena waktu yang terbatas untuk berlatih akhirnya kandas ditengah jalan.Yang namanya ilmu apabila tidak dipakai maka akan menghilang. Use it or Lose it.

Selasa, 18 Februari 2014

Eksistensi Diri

     Ketika mengamati foto teman di FB,maupun BB ternyata rata-rata mereka memajang foto sendiri (dibaca narsis). Foto narsis karena memuat foto mereka sendiri,bagi yang sudah berkeluarga ataupun memiliki pacar memajang foto berdua,sedangkan bagi yang mempunyai anak mereka memajang foto sang anak.
     Pergeseran narsis itu terlihat jelas,dimana seseorang ingin diakui,baik besar maupun kecil,apa yang mereka sukai,inginkan,dapat dibagikan kpada orang lain,hanya untuk sekedar berbagi,tanpa ada tendensi apapun.Yang jomblo memajang foto kesendiriannya,penikmat makanan memajang makanan yang hendak disantap,sebagai ajang iming-iming.Pencinta traveling memajang landscape luar negeri dengan ikon negara masing-masing.
     Tak ada yang salah dari itu,saya harus membaca Camera Branding karya Renald Kasali. Bahwa manusia pada dasarnya ingin diakui.Pun dengan tulisan ini minta diakui melalui para pembacanya.Lihat saja halaman depan dari blog ini. Foto sang penulis dipajang di kiri dan kanan. Narsis juga kan? :p

Minggu, 16 Februari 2014

Copy Paste

     Saya terkadang menemukan suatu artikel yang menarik,tapi setelah ditelusuri ternyata hasil copy paste milik seseorang,dan orang yang mencomotnya tidak mencantumkan dari manakah sumbernya. Terkadang hal itu menjadi menyebalkan,bayangkan saja kalau tulisan hasil karya kita yang dibuat dengan pemikiran yang cukup lama dan susah payah ternyata ditiru mentah-mentah tanpa diolah lagi,cukup dengan klik 'copy' kemudian 'paste' kemudian diakui sebagai milik sendiri atau minimal yang membaca merasa itu adalah karya orang yang meng-copy.
     Menghargai karya orang lain kurang dimiliki oleh masyarakat Indonesia,pun sama dengan saya. Contoh mudah,DVD bajakan yang berserakan di penjual kaki lima,dijual dengan harga lima ribuan, padahal untuk produksi film membutuhkan uang yang tidak sedikit. Kekayaan intelektual tidak dihargai.Dan mereka yang membajak dengan mudahnya mencomot sesuka mereka tanpa memberi imbalan apapun.Seniman,musisi,pusing dibuat karena maraknya pembajakan,padahal berkreasi membutuhkan proses panjang untuk menciptakan terutama sesuatu yang bersifat seni.
     Menulis pun demikian,sebisa mungkin tidak mencontek orang lain mentah-mentah,terpengaruhi pemikiran sang penulis boleh,tapi kita perlu mengolah kembali. Minimal Tiru Amati Modifikasi,bukan sama persis,tapi susah mendidik hal seperti itu,menghadapi mentalitas "kalau bisa cepat ngapain juga perlu berlama-lama ria",toh yang penting HASIL,siapa juga yang mempertanyakan PROSES. Hasil bagus,masa bodoh dengan proses. Setujukah anda dengan saya?

Resepsi Pernikahan

"Resepsi pernikahan begitu-begitu saja ya? Nyanyi,makan-makan,foto-foto,kenyang lalu pulang deh.Sampai bosan menjalaninya." Keluh seorang teman yang sebulan ini mendapat 8 undangan pernikahan.
     Dalam hati pun menjadi bertanya,apa yang sebenarnya diharapkan dari sebuah pernikahan? Kehadiran yang diundang untuk memeriahkan acara? Rutinitas untuk mengesahkan pernikahan melalui resepsi,dan bagi yang mengundang merasakan menjadi Raja dan Ratu semalam,karena dielu-elukan pada acara tersebut tetapi pada kenyataannya tetap menjadi rakyat jelata keesokan harinya.

Hasil mengamati pernikahan beberapa teman hasilnya tetap seperti yang teman saya katakan di atas. Sama saja. Di undangan acara dimulai pukul 18:00,sebenarnya rata-rata dimulai 19:00. Dimaksudkan agar tamu dapat hadir lebih awal. Toh tetap saja banyak yang datang terlambat.

Resepsi ditilik dari penyajian makanan:
*Resepsi menu prasmanan :
Tamu hadir - Mempelai datang - Acara di depan panggung untuk menghormati sang mempelai - menu dipersilahkan untuk dinikmati- foto bersama- begitu kenyang tamu pun bubar.
Poin paling penting dari acara prasmanan adalah begitu perut kenyang,tamu dipastikan bubar,beberapa acara prasmanan hanya memakan waktu 1,5 jam.
*Resepsi menu meja :
Tamu datang - mempelai hadir - Acara di depan panggung untuk penghormatan terhadap sang mempelai - Menu perlahan lahan dikeluarkan untuk menahan sang tamu untuk tidak segera beranjak dari acara - musik dan tarian berkumandang terus hingga akhir acara - menu ke-6 atau ke-7 biasanya tamu beranjak dari tempat duduk,karena yang tersisa hanya makanan pencuci mulut atau nasi goreng/mie goreng. Acara berlangsung 2 hingga 3 jam,tergantung dengan padatnya acara,dan juga berbagai macam hiburan yang disajikan tuan rumah.

Tips untuk mengikat tamu agar tetap hadir hingga penghujung acara : Kasih door prize yang WAH!!! Cincin berlian,atau apapun yang bernilai jutaan rupiah,dijamin tamu akan sabar menanti walau hingga tenggah malam. Hal ini saya pun mengalaminya.
Note: Bagi yang hendak melaksanakan ide diatas,harap di cek dengan isi dompet, atau kalau ingin sedikit licik (buat aja settingan siapa yang ingin dimenangkan).

Sabtu, 15 Februari 2014

Review Film : Switch / Tian ji: Fu chun shan ju tu (2013)


     Penggemar Andy Lau ? Maka mungkin anda akan menikmati film ini. Penelusuran saya melalui situs IMDB akan film ini hanya diberi skor 2/10. Membuat saya terkejut. Tetapi karena rasa penasaran saya tetap menonton film yang berdurasi 120 menit ini.
     Dikisahkan Xiao Jinhan (Andy Lau) adalah seorang agen dari China yang harus berhadapan dengan Yakuza Jepang Yamamoto (Dawei Tong) dan Pedagang asal Inggris untuk menyelamatkan perkamen bersejarah asal China.
     Bahasa Inggris bercampur dengan bahasa Mandarin yang sekedar tempelan,cerita yang lompat-lompat sukar untuk diikuti dan pergantian scene yang tidak mulus membuat tidak nyaman untuk dinikmati,terasa hambar,tanpa emosi. Seperti kisah Jinhan dengan Lin Yuyan(Jingchu Zhang) beserta sang anak hanya sebagai pemanis cerita,tidak tereksplorasi dengan dalam.Cerita Yamamoto dengan Lisa(Chiling Lin) pun terasa ganjil bagi saya yang menyaksikannya.
     Yang hanya bisa diapresiasi hanyalah Ketika kisah ini berpindah ke Atlantis hotel Dubai. Background yang memang pada dasarnya sudah mewah. Yang membuat saya bertahan untuk menonton hingga tuntas adalah untuk menikmati kemolekan dan paras dari Chiling Lin dan  Jingchu Zhang.
     Akhir kata,jika anda memiliki waktu dan uang berlebih baru tontonlah film ini. Skor 2/10 memang sangat pantas disematkan untuk film ini.

Dokter,Seorang Penyelamat atau Seorang Yang Menakutkan ?

BBM masuk disuatu hari
"Eh,kalau badan kaku-kaku itu kena asam urat ya?"
"Bisa saja,ada beberapa macam penyebab. Bisa asam urat,salah tidur,atau kurang olahraga.kenapa tidak cek darah aja sekalian.biar tahu kondisi badan sendiri."
"Takut,nanti ketahuan penyakitnya apa aja,kan repot."
 "Mengapa juga orang takut menghadapi realita? toh lebih baik mengetahui kenyataan daripada hidup dalam kebohongan." Ucapan dalam hati saya

Suatu hari bertemu ibu-ibu langganan di pekerjaan.
"Apa kabar? Sehat?"
"Baik sih,cuma ada kolestrol ama asam urat."
"Engga diobatin?"
"Sudah diminumin Lipitor setiap hari,tapi sudah berhenti sekarang."
"Sudah cek up lagi?"
"Belum,malas ah. Buang uang. Ingat ya,hati yang gembira adalah obat yang manjur,semangat yang patah mengeringkan tulang. Jadi yang penting hati gembira,segala permasalahan beres."
".........."
Kalau semua orang berkata seperti itu dokter akan menjadi pengangguran,sebaliknya pelawak, komedian akan terus menjadi buruan untuk menjadi obat penyembuh.

Curhatan  di sebuah rumah makan.
"Suamiku tuh disuruh cek up tidak pernah mau,kalau berantem saja main tangan,ketemu jarum suntik aja takutnya setengah mati."
"Nah ini,bikin pusing kepala. Sama istri jadi jagoan,sama jarum suntik kalau disuntikan cuma serasa digigit semut takutnya setengah mati."

Cerita lain.
"Suamiku tuh giginya ngilu,tapi tidak mau ke dokter."
"Memang tidak pernah cek up?"
"Ngapain juga mesti cek up. buang-buang uang.Kalau aku sih kalau sudah sakit banget baru ke dokter.
Itu tuh kesalahannya,setiap malam tidak pernah sikat gigi,terus kalau selesai makan jarang banget minum. ya gitu deh hasilnya sakit gigi" gerutu sang istri.

     Dari beberapa cerita di atas,kenapa orang begitu takut untuk ke dokter. Untuk mengetahui masalah yang ada. kalau sakit sedikit dianggap masalah sepele,nanti kalau sudah berat menyalahkan keadaan,tapi diri tidak pernah mau disalahkan.Terlalu sayang uangkah? saya tidak membela dokter,tapi dokter selalu yang ujungnya disalahkan.Kalau tidak dokter dianggapnya mencari-cari uang dengan menyuruh mengecek melalui lab.
     Menjaga kesehatan,rutin memeriksakan diri ke dokter,apalagi bagi yang berumur. Kesehatan itu mahal,kita kan menyadarinya ketika kita sudah kehilangan kesehatan. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati. Olahraga pun tak kalah penting. Orang yang berkata tidak ada waktu untuk berolahraga,cepat atau lambat harus mencari waktu untuk mengobati penyakitnya.

Jumat, 14 Februari 2014

Mempelajari Dokter Dari Kacamata Orang Awam

Ini adalah salah satu isi demo para Dokter di Indonesia ketika Dokter Ayu ditangkap polisi karena diduga melakukan malpraktek.

1.Sangat prihatin +cemas + ngeri karena dokter dipenjara saat gagal menolong pasien.

2.Jaksa menggunakan pasal-pasal KUHP pembunuhan untuk menjerat dokter=malpraktek jaksa.

3.Emboli/alergi anafilaktik/sindroma steven johnson bisa diprediksi bila gempa bumi sudah bisa            diprediksi.
4.Anak pejabat nabrak orang sampai meninggal-----> bebas !
   Anak artis nabrak orang sampai meninggal---------> bebas !
   Dokter niat baik nolong pasien tapi gagal----------->penjara!

5.Dokter berhasil dianggap biasa,dokter gagal divonis malpraktek,usaha+niat baik tidak dihargai

6.masyarakat dan orang hukum tidak mengerti dan tidak bisa membedakan "efek samping"/komplikasi dari mal praktek

Saya mencoba objektif dalam hal ini sebagai orang awam. Kasus malpraktek itu sukar untuk dibuktikan,disebabkan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sangat kompak dalam menutupi kasus intern mereka. Sebagai orang awam,dapatkah kita paham apa yang para dokter jelaskan. Bahasa dokter yang begitu rumit,yang proses belajarnya pun memakan waktu 4 tahun,menjelaskan ke orang awam akan sia-sia.Bagaimana pembelajaran 4 tahun dijelaskan dalam kurun waktu 30 menit? Walau banyak yang berkata "bagaimana perasaan keluarga korban?"Harap diingat bahwa hidup mati ditangan Tuhan,dokter hanya berusaha membantu menyelamatkan jiwa.
     Saya memiliki teman berprofesi dokter. Ia berkata "Pikirkan berapa biaya untuk menjadi seorang dokter umum? 100 juta pun bisa lebih,setiap hari terus belajar,balik modal butuh berapa lama? Kalau terkenal tak masalah,kalau tak ada pasien bagaimana? Balik modal belum tentu,cuma titel aja yang keren dengan tulisan "dr X".
     Teman saya yang lain bekerja di dua klinik,gajinya dengan buruh masih tinggi buruh. Sekolah tinggi-tinggi penghasilannya sama dengan buruh. Apa bedanya buruh dengan dokter? Anda sendiri yang bisa menjawabnya. Tapi pernahkah mendengar dokter berdemo soal gaji?
     Profesi dokter pun tak lepas dari orientasi uang,walau banyak yang menutupinya dalam kemasan "melayani masyarakat". Dokter juga butuh uang untuk makan,maka dokter pun mencoba untuk berbisnis. Seperti membuka rumah sakit,ataupun klinik spesialis.
     Jangan bilang "suruh siapa jadi dokter". Apakah anda sanggup menjadi dokter? Atau karena ilmu anda tidak cukup ketika tes menjadi calon dokter maka anda mencerca dokter? Dokter juga manusia, bisa melakukan kesalahan,jika seorang chef melakukan kesalahan dalam memasak,ia tinggal mengulanginya dari awal. Kalau dokter?begitu terjadi kesalahan ya harus terus berupaya,kalau bisa dibilang nasi sudah menjadi bubur,mau tidak mau buburnya harus tetap diolah untuk menjadi sesuatu yang tetap lezat.
     Tulisan ini bukan untuk mendukung dokter,tetapi mencoba lebih objektif. Banyak dokter berjuang di pedalaman yang tidak terekspos media,menolong banyak orang,tak terdengar gaungnya,tanpa pamrih. Lebih muliakah anda daripada para dokter tersebut? Sudikah anda menjadi penolong bagi sesama? Atau hanya menjadi pencela yang tidak berbuat apapun,hanya berteriak-teriak untuk memenuhi kebutuhan perut sendiri.

Rabu, 12 Februari 2014

Keadaan Manusia Pada Akhir Jaman

2 Timotius 3
1.Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
2.Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3.tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
4.suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
5.Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatan-Nya. Jauhilah mereka itu!

     Ayat ini untuk saya sendiri,seperti ditampar di muka. Berkoar-koar bahwa saya mempercayai Tuhan,datang ke gereja,bernyanyi layaknya orang yang percaya,tetapi di dalam hati masih menyangsikan kekuatan-Nya. Masih mempercayai kemampuan diri sendiri. Uang berbicara,bukan Tuhan yang berbicara.

Kambing,Sang Tamu tak Diundang

Tamu tak diundang

     Pernah bertetangga dengan peternak kambing ataupun sapi? Saya pernah,dan inilah salah satu hasilnya.Sang gembala dengan mudahnya melepas kambing ataupun sapi berkeliaran mencari makan. Komplek dimana saya bekerja di daerah perumahan Darmo Permai. Dekat dengan pemukiman warga peternak sapi dan kambing.

Mengobrak abrik sampah untuk mencari makan
      Hal yang mengganggu adalah mereka mencari makan di sembarang tempat. Walau di sekitar saya ada banyak lahan kosong dimana rumput ilalang tumbuh subur,toh yang namanya hewan tidak bisa kita atur dimana mereka makan. Terkadang mereka mengobrak abrik tong sampah,memakan tanaman yang ditanam oleh pemilik di pelataran rumah,menyebrang jalan sembarangan (namanya binatang memangnya mengerti aturan?). Apabila tertabrak oleh orang yang melintas,hendak menyalahkan siapa? Tentu yang menabrak harus memberikan ganti rugi. Jumlahnya pun bukan hanya satu atau dua,bahkan terkadang hingga 10 ekor.
Setelah kenyang pulang deh.
     Dari siang hari hingga sore hari pemandangan ini sering saya saksikan,yang mengherankan adalah gembalanya tidak kelihatan,seakan-akan hewan tersebut dibiarkan lepas tanpa pengawasan. Hanya pada saat sore hari mereka baru nampak.
     Saya merasa terganggu,tapi sebenarnya mereka lebih terganggu,karena lahan untuk mencari makan semakin sempit,tingginya pembangunan di Surabaya,orang-orang seperti ini akan semakin tersingkir. Tergantikan gedung-gedung tinggi penunjang ego sang pemilik,perumahan berukuran besar yang hanya dihuni para pembantu,sedangkan sang empunya sibuk bekerja.
     Akhirnya saya mengambil hikmahnya,saya menganggapnya sebagai hiburan gratis,ditengah aktifitas bekerja,melihat gerak gerik hewan yang bernama kambing. Dimana sebagian dari kita hanya sibuk menatap layar komputer dan membayangkan apa yang terjadi,saya menyaksikan hewan yang bergerak bebas kesana kemari dengan mata telanjang dan akhirnya dapat dibuat sebuah bahan penulisan.

Selasa, 11 Februari 2014

Antara Karyawan Dengan Pengusaha

"Sedih melihat gaji tahun ini.Naiknya tidak signifikan.Mengecewakan."Ujar Mr X
"Memangnya naik berapa persen?"
"Naik 22 persen."
".............." Tenggorokan serasa tercekat.

     Tinggikah kenaikan 22 persen itu? Bagi saya itu tinggi. Anggap saja gaji 1.000.000. Naik 20% saja akan menjadi 1.200.000. Inflasi rata-rata Indonesia 7%-9 % /tahun. Masih belum cukup?
     Bagi beberapa orang,pembicaraan diatas akan membuat sedikit tersinggung bagi pendengarnya. Saya pun ketika mendengarnya ada rasa jengkel. Karena tidak pernah merasakan yang namanya naik gaji secara "signifikan." Pernah sekali waktu bekerja ikut orang gaji selama 3 tahun tidak naik-naik,pernah juga kalau naik menunggu diminta.Pengalaman seseorang akan berbeda dengan orang lain.
     Mungkin karena bekerja di perusahaan nasional yang sesuai dengan peraturan pemerintah,masa bakti juga diperhitungan,maka kenaikan akan terus terjadi. Jikalau sudah tak sanggup bayar tinggal aja bilang bahwa perusahaan bangkrut. Maka pesangon pun tak akan didapat.
     Bagi pedagang pada umumnya kenaikan pendapat seperti itu hampir mustahil. Disamping kenaikan ongkos produksi,kenaikan upah karyawan,belum lagi kompetitor yang semakin ketat.Pedagang kini semakin dituntut kreatif,inovatif dalam memasarkan sebuah produk,dibandingkan dengan karyawan yang hanya menunggu awal bulan untuk menerima gaji. Jadi lebih baik jadi karyawan atau tetap berwirausaha?

Minggu, 09 Februari 2014

Alih Fungsi Sepeda Motor Menjadi Kendaraan Angkut

Sepeda motor selebar mobil
     Sering melihat pemandangan seperti ini? Bagi yang sering berada di jalanan hal seperti ini sudah jamak ditemukan. Mulai dari motor berisi sayuran,buah-buahan,roti bahkan distributor farmasi pun menggunakan sepeda motor dengan kiri kanan diisi box.
     Apa yang ada di benak mereka? Mengirit ongkos pengiriman sehingga tidak perlu menggunakan becak atau pick up kap terbuka. Mengirit ongkos tetapi membahayakan pengguna lain maupun diri sendiri.
     Pernah mencoba membawa motor seperti ini? Saya pernah mencoba sekali,hasil iseng meminjam sepeda motor milik teman. Ingin tahu bagaimana rasanya membawa kendaraan seperti ini? Punggung pegal,tangan kaku karena harus mengendarai  dengan ukuran sepeda yang lebih lebar daripada biasanya,kaki pun tak kalah capainya. Jika jalanan lurus tak banyak lampu merah tak masalah,tetapi pada jam sibuk seperti Jakarta ataupun Surabaya,mana ada jalan yang sepi bebas macet. Itu hanya masalah fisik. Spion pun tak dapat digunakan sebagaimana fungsinya. Tertutup dengan barang muatan di belakang. Belum lagi jika banyak polisi tidur,punggung ini rasanya dipukul-pukul. Mencoba selama 1 jam membuat saya jera.
     Saya bukan pakar hukum untuk hal seperti ini,tetapi semestinya hal ini dilarang,polisi pun semestinya bertindak,walau banyak yang akan menentang,terutama bagi golongan bawah. Karena dilihat dari sisi keamanan,sama sekali tidak aman. Inilah problematika Indonesia,ketika kesenjangan sosial semakin menonjol. Bagi mereka yang memiliki uang dapat membeli mobil kap terbuka,bagaimana dengan  yang tidak memiliki uang yang memadai? Mereka mengalihfungsikan sebagai kendaraan pengangkut yang melebihi kapasitasnya. Bahkan jika perusahaan Honda,Suzuki, Yamaha mengetahuinya mungkin mereka akan "kagum" dengan kekreatifan Indonesia.
     Mungkin ada yang bisa memberikan solusi? Selain sepeda motor roda tiga,karena tidak dapat beroperasi di jalan raya.

Sabtu, 08 Februari 2014

Nasib Penulis

     Menjelaskan melalui tulisan ternyata tak semudah yang saya bayangkan. Bagaimana saya dapat menjelaskan sesuatu kepada seseorang sehingga orang yang dijelaskan memahaminya, tanpa perlu harus terlalu bertele-tele dan pada saat yang sama tidak membuat penjelasan tersebut terlalu ringan.
     Seperti penulisan yang saya coba buat. Selain harus enak dibaca juga harus memiliki bobot. Tetapi itu pun memerlukan pelatihan dan pembelajaran yang panjang dan berlangsung terus menerus. Banyak orang memilih membaca(mengkonsumsi) tulisan yang singkat,padat,jelas. Sedangkan penulisnya juga belum tentu memiliki kompetensi akan hal itu. Lah sekedar memberi komentar(feed back) pun jarang. Bagaimana caranya bisa tahu kelebihan maupun kekurangan diri sendiri selain diberi kritik dan saran? Nah loh...Bingung kan?

Terkena Tilang

     Beberapa hari lalu karyawan saya kena tilang karena mengendarai sepeda motor tanpa memiliki SIM. Ia dikenai Pasal 281 yang berbunyi : Setiap pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki SIM dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp 1 juta.
     Mengendarai kendaraan kantor karena urusan pekerjaan,STNK sepeda motor tersebut dipinta polisi dan disuruh menjalani sidang di pengadilan. Bodoh banget karyawan satu ini. Kenapa tidak minta sidang di tempat? Catatan: sidang di tempat atau titip bayar dapat dilakukan,itu bukanlah uang suap.
     Diam. Itu hal yang saya lakukan ketika menerima surat tilang tersebut. Entah karena tidak punya pengetahuan,atau terlalu lugu,ketika saya tanya kenapa ia bisa ditilang polisi? Ia hanya menjawab menerobos lampu merah sembari tersenyum ke arah saya. Plak!!! Makin pening kepala melihat kelakuannya.
     Hari ini tanggal 7 Februari 2014,dilakukan sidang di pengadilan. Pagi hari saya menyuruh karyawan untuk menjalani pengadilannya.
 Tak lama telepon berbunyi.
"Pak,disini antrinya panjang banget. Buat daftar sidang saja loketnya berjejal."
"......."sambil berpikir.
"Sudah cari siapa yang bisa bantu biar prosesnya cepat kelar."
"Iya pak,ini tadi ada orang nawarin jasa bisa lebih cepat,minta ongkos 30 ribu,tapi ga berani,takut dibawa lari."
"Ya udah pikir saja sendiri caranya gimana." Kepala makin pusing memikirkan hal sepele seperti ini.
"Baik pak."
Tak beberapa lama kemudian ia datang ke kantor memberi laporan.
"Pak tadi orang dalam,katanya bisa membantu prosesnya biar lebih cepat."
"Biayanya berapa?"
"Belum ngomong pak,tar jam 3 sore disuruh datang kembali."
"Ya sudah balik kerja sana." Pungkasku.

     Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore sang karyawan pun telah berangkat kembali ke tempat pengadilan. Tak ada pertanda buruk,kupikir semua baik-baik saja tak ada masalah,hingga pukul 16:30 karyawan ini telepon kembali.
"Pak,ini masih ngantri,surat yang dipegang sampai 7000 lembar,ga bisa selesai hari ini. Disuruh hari Senin,sabtu pengadilan libur."
"Mampus....." dalam hati saya berkata demikian.
"Jadi saya pulang saja ya pak,Senin baru saya kembali."
"Pulang saja."
     Kenapa untuk sebuah tilang memakan waktu hingga seharian. Terasa begitu rumit,berbelit-belit,walau saya tahu yang disidang tidak hanya satu atau dua orang. Semestinya ada standar untuk pelanggaran yang sering terjadi,jadi tidak harus melalui pengadilan,sehingga menjadi lebih cepat. Toh pelanggaran semacam tidak membawa SIM,ataupun STNK sudah jamak terjadi. Kasih saja denda yang harganya tetap. Jadi datang langsung bayar. Selesai perkara.
    

Kamis, 06 Februari 2014

Bandara,Maskapai Penerbangan,Porter & Bagasi

     Marah,pertama kali perasaan yang muncul ketika mendengar bahwa koper yang dibawa si mama dari perjalanan Bandung ke Surabaya,raib tak diketahui rimbanya. Menggunakan maskapai yang semua seragam karyawannya berwarna merah menyala.
     Beberapa kali melakukan penerbangan tidak pernah sekalipun saya menggunakan bagasi yang ditawarkan maskapai penerbangan. Karena perjalanan domestik yang tidak memakan waktu lama,kalaupun ke luar negeri tak pernah membawa barang lebih dari 7 kg (bepergian dan pulang.tak pernah membawa oleh-oleh), ditambah pula kasus kehilangan beberapa teman saya ketika membawa tas dimasukan ke dalam bagasi pesawat. Ada yang hilang berbulan-bulan tak diberi kabar,ada pula yang akhirnya diketemukan walau prosesnya tetap lama,membuat saya kehilangan minat mengunakan bagasi. Disamping menunggu bagasi iku terkadang bisa sangat lama.
     Akhirnya apa yang ditakutkan datang juga,terpaksa menggunakan bagasi,dan sekalinya menggunakan bagasi,tidak ada ketika akan diambil. Ditunggu beberapa lama masih tak muncul. Akhirnya menuju ke konter kehilangan. Disana ada beberapa orang yang melaporkan kehilangan barang. Harus mengantri menunggu giliran. Ketika sudah waktunya,sesuai prosedur,isi formulir,menunggu kabar hingga diketemukan. Sabar menunggu hingga 14 hari,jika tidak diketemukan maka akan diberi ganti rugi. Bikin repot saja.
     Di dalam tas itu sebenarnya tidak ada barang berharga,baik uang ataupun dokumen. Hanya beberapa makanan yang dibekukan dan sayuran segar. Dapat saya bayangkan andai tas si mama diketemukan dalam kurun waktu satu minggu,ketika dibuka bau busuk akan menyeruak. Jadi saya malah berharap tasnya tidak diketemukan. Disamping tasnya nanti menjadi tak karuan baunya, saya harus bolak-balik ke bandara untuk mengambil barang tersebut.
     Jujur saya tidak menyalahkan 100% kesalahan kepada maskapai penerbangan,karena kenakalan porter yang mencuri ataupun kesalahan sesama penumpang yang salah mengambil tas yang penampilannya mirip bisa menjadi penyebab. Kasus ini pernah dialami teman saya. Tas yang ia miliki tertukar dengan tas milik orang lain. Keesokan hari sang pemilik tas melaporkan bahwa ia membawa tas yang salah. Teman saya pun lega akhirnya tasnya kembali. Karena di tas tersebut juga ada kunci mobil dan beberapa file pekerjaan. Yang menjadi catatan saya,kenapa orang tersebut begitu bodohnya bisa salah mengambil tas,walau bisa berdalih sibuk,terburu buru,tidak mengecek kembali isi tas.
     Kasus porter nakal pun sudah jamak terjadi di bandara manapun. Mulai dari gembok yang dirusak paksa,barang berharga yang hilang. Itulah yang menyebabkan saya tidak pernah memasukkan barang ke bagasi. Sudah terlalu sering kejadian tersebut terjadi,walau terus berulang tetap saja tidak ada perubahan yang berarti. Ataukah karena maskapai murah maka pelayanannya pun murahan?
     Salah satu yang melegakan hati saya adalah Peraturan Menteri Perhubungan yang tertera di bawah ini.
     Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara (“Permenhub 77/2011”). Sebagai contoh,menurut Pasal 5 ayat (1) Permenhub 77/2011,jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat, ditetapkan sebagai berikut: 
a.      Kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi tercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per kg dan paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah) per penumpang; dan

b.      Kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya bentuk, ukuran dan merk bagasi tercatat.



Bagasi tercatat baru dianggap hilang, menurut Pasal 5 ayat (2) Permenhub 77/2011, apabila tidak diketemukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di bandar udara tujuan. Sedangkan, bagi penumpang dengan bagasi tercatat yang belum ditemukan namun belum dapat dinyatakan hilang karena belum melewati masa 14 (empat belas) hari, maka pengangkut wajib memberikan uang tunggu sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per hari paling lama untuk 3 (tiga) hari kalender (lihat Pasal 5 ayat [3] Permenhub 77/2011).

     Minimal Saya dapat ganti rugi. Beberapa mungkin tidak sependapat dengan saya,saya merasa agak lega karena ada ganti rugi karena barang di dalam tas tersebut nominalnya tidak seberapa. Bagi orang yang kehilangan tas dengan barang berharga yang begitu banyak banyak,pasti tidak akan terima  dengan kehilangan barang tersebut. Hanya sampai kapankah hal ini berlanjut? Beda sekali dengan hilangnya perhiasan di bagasi Titi Yusnawati, istri Kasat I Direktorat Narkoba Polda Kalbar AKBP Fransetyono yang dapat diketemukan dengan segera.
     Akhirnya sekarang hanya bisa pasrah. "Yang sabar ya bu,barangnya pasti ketemu. Harus optimis." Ujar karyawan di bagian barang hilang. Mama saya menghela napas panjang,malas berkata apa-apa.

Selasa, 04 Februari 2014

Asumsi atau Dugaan

     Suka berasumsi? Jangan suka berasumsi. Karena asumsi adalah proses belajar paling rendah.

Kenapa asumsi membahayakan ?
  • Akan membawa kesimpulan tindakan,keputusan salah yang belum tentu benar.
  • Banyak menggunakan perkiraan daripada kenyataan
  • Akan menimbulkan kekacauan dalam berkordinasi,bayangkan dalam rapat ketika para pesertanya tidak paham,tidak mau bertanya malah membuat asumsi sendiri-sendiri.

Bintang,Dimanakah Engkau Berada ?

     Sempatkah anda memandang langit pada malam hari dan menyaksikan bintang? Atau ketika matahari tenggelam anda tiba di rumah,mengunci pintu rumah,memasuki kamar kemudian beristirahat di depan layar kaca hingga terlelap hingga keesokan hari? Atau pada malam hari anda menerobos kemacetan jalan raya,terpaku di depan kemudi,terburu-buru untuk sampai tujuan tanpa memandang langit? Hanya sibuk memandang kemacetan yang terhampar di sepanjang jalan?
     Mungkin sudah banyak orang telah melupakan apa yang namanya bintang. Tergantikan dengan lampu sorot yang menerangi jalanan,kelap-kelip lampu taman,terangnya lampu Mall membuat mata berdecak kagum,bahkan baliho yang semakin atraktif dalam menayangkan iklan. Tingginya gedung pencakar langit pun membuat kita malas untuk mendongak ke langit.
     Hal sederhana yang telah lama saya lupakan.Bintang.Cahaya temeram di malam hari yang tak terhitung banyaknya.Kini ketika aku mencoba mencari bintang di keheningan malam,mencari sebuah cahaya nun jauh di sana,tak satupun kutemukan. Walau langit tak berawan. Karya yang Tuhan ciptakan tetapi manusia menyia-nyiakannya,bahkan lebih menghargai karya Thomas Alfa Edison yang notabene hanyalah seorang manusia biasa.
      Dalam perjalanan pulang pada malam hari,tiba-tiba ingatan masa lalu kembali muncul. Dimana saya bermain di luar rumah,kendaraan masih belum sebanyak sekarang,TV pun hanya tayang pada waktu sore hingga malam hari,mall,plaza pun masih belum berdiri. Semua warga keluar untuk sekedar bercengkrama. Maka memandang langitpun terasa indah. Bintang bertaburan di angkasa raya tak terhitung jumlahnya. Bahkan mencoba menghitung bintang yang muncul pada hari itu,walau hingga hitungan ke sepuluh pun sudah menyerah,mencari rasi bintang seperti apa yang diajarkan pada pelajaran di sekolah.
     Kemanakah sekarang perginya bintang? Ia tidak kemana-mana,hanya kita yang dibutakan oleh cahaya lampu,yang disebut polusi cahaya. Akahkah aku bisa memandang ia kembali layaknya masa kecilku dulu? Sukar jika boleh dikatakan mustahil dalam kondisi sekarang. Dimana kota metropolitan layaknya Jakarta atau Surabaya,terus membangun gedung pencakar langit yang seakan ingin menggapai langit,menunjukkan keangkuhan sang pemilik. Akhirnya untuk sekedar menyaksikan bintang saya pun harus lari ke pinggiran kota. Menjauh dari keramaian.MENYEDIHKAN...

Senin, 03 Februari 2014

Review Buku : Stalking Indonesia by Margareta Astaman

Stalking Indonesia

     Anda pengemar traveling di kepulauan Indonesia dan juga karya Margareta Astaman? Maka buku ini wajib dibeli.Buku setebal 200 halaman ini saya habiskan dalam kurun waktu 4 jam tanpa jeda.
     Secara personal bagi saya pengemar karya Margareta sedikit banyak merasa terkejut dengan penulisan di Stalking Indonesia. Tereduksinya rasa "nyinyir" seperti yang tertuang di 3 buku sebelumnya (After Orchad,Excuse Moi,Fresh Graduate Boss) menjadi penyebabnya.
     Buku ini dalam penulisannya lebih berkesan ia telah berdamai dengan dirinya sendiri(atau mungkin agar pembaca merasa lebih nyaman membaca tulisannya?) Walau saya menyukai karyanya yang terdahulu yang terasa sangat nyinyir,menohok dan to the point..Digantikan dengan banyaknya renungan untuk direnungkan bersama,kegundahan Margareta tentang Indonesia itu sendiri melalui note yang tersebar di halaman-halaman buku ini.
     "Ketulusan memberi bukan ciri khas daerah yang sudah mengenal komersialisasi." Salah satu catatan yang membekas di hati.  Buku ini adalah cerminan dari perenungan seorang Margareta Astaman yang saya katakan otentik.
     Buku ini menceritakan sisi lain Indonesia dari kacamata personal ketika ia melakukan perjalanan. Banyak hal kritis yang dituangkan di dalam buku ini. Karikatur hitam putih di tiap buku karya Margie kini digantikan dengan karikatur berwarna hijau yang menawan,menambah daya tarik buku ini.
     Seperti yang ia tulis bagian belakang bukunya. Jika anda mencari panduan lengkap bagaimana ke tujuan wisata tersebut silahkan baca Lonely Planet,bukan buku ini. Kalau begitu jika jalan-jalan ke toko buku mencari buku ini masuk rak kategori traveling ataukah pengembangan diri?
     Akhir kata beli saja,tak akan rugi,buku ini menambah wawasan dalam berpikir secara keseluruhan, baik dalam sisi kemanusiaan maupun tata cara untuk berwisata di Indonesia. Cukup dengan harga Rp.63.000,00 buku ini sudah bisa anda bawa pulang.

Minggu, 02 Februari 2014

Tukang Parkir...Oh...Tukang Parkir

     Pasti kita pernah berhubungan dengan yang namanya tukang parkir bukan? Bergunakah tukang parkir?  Ada yang menjawab berguna sedangkan bagi yang apatis yakin menjawab TIDAK BERGUNA.
     Dilihat dari bahasa Indonesia,tukang parkir adalah orang yang membantu memarkirkan kendaraan bermotor. Sedangkan pada kenyataannya mereka datang ketika ketika kita akan keluar dan saat kita akan memarkirkan kendaraan mereka cuek-cuek saja. Ini Pengalaman pribadi saya. Tidak ada yang membantu ketika kita memarkirkan kendaraan,sedangkan saat saya hendak keluar tiba-tiba mereka muncul di samping dan berkata "parkirnya bos." Apa itu namanya kalau bukan preman? Tidak melakukan apa-apa tapi dapat uang. Menggelikan.
     Lain lagi kalau parkir di jalan raya,di karcis parkir dengan jelas tertera 500 rupiah untuk sepeda motor sedangkan mobil 1500. Tapi kalau dibayar 1000 rupiah tidak dikasih kembalian malah ditinggal ngeloyor pergi. Apalagi mobil,dikasih 5000 dikasih kembalian cuma 2000,dengan enteng menjawab "Tidak ada kembaliannya bos".Mereka bilang buat makan,omong kosong buat beli makan,yang ada ya buat beli rokok. Sudah dikasih malah beli sesuatu yang tidak berguna seperti rokok. Ada yang bisa kasih tahu saya kegunaan rokok dilihat dari sisi kesehatan? Daripada bikin ribut terpaksa diam.
     Hal yang paling lucu adalah tukang parkir tidak pakai seragam,ketika dimintai karcis menjawab belum dapat kiriman dari Dinas Perhubungan. Alasan klasik yang dibuat-buat. Seragam tak ada memakai baju bebas apalagi kalau bukan preman? Jika sedang jengkel saya tinggal lari tanpa membayar parkir,toh jika terjadi kehilangan mereka tak bertanggung jawab,dan membuat bermacam alasan. Tolong jangan ditiru,tapi apa hak saya untuk melarang anda?
     Cerita lainnya ketika parkir di sebuah bank swasta,di pelataran parkir halaman bank tersebut,masih saja ada tukang parkir disitu. Padahal sudah ada tulisan BEBAS PARKIR,dan ada pula security yang menjaga toh masih saja minta uang parkir. Ini yang bodoh saya atau tukang parkir yang tidak bisa membaca tulisan tersebut? Toh pihak bank tersebut tidak berbuat apapun.
     Belum lagi kalau ke ATM. jika saya mengambil uang misalkan hanya 50 ribu rupiah,saya sudah membayar administrasi ke bank tersebut tiap bulan,dan tiap kali saya keluar dari ATM saya harus mengeluarkan uang sebesar 1000 rupiah. Saya kena pajak 2 % dari tukang parkir per kedatangan. Kalau ambil uang 100 ribu kena pajak berarti 1%. Ataukah saya yang salah karena terlalu banyak berhitung untuk hal sepele?
          Tidak semua tukang parkir seperti itu,tapi sebagian besar. Beberapa tukang parkir pun ada yang baik,misalkan membantu memarkirkan,mencarikan tempat,dan beberapa hal sepele yang membantu bagi saya. Dengan rela saya akan memberi. Jadi masih perlukah tukang parkir di Indonesia ini?

Makna Gong Xi Fa Cai

Tentang Makna "Gong Xi Fa Cai" ('Selamat Menjadi Kaya') yang sebenarnya:

Tulisan seorang teman di milis Budaya Tionghoa:

Sedikit tambahan untuk Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek berkenaan dengan ungkapan "Gong Xi Fa Cai".

Perihal ungkapan “Gong Xi Fa Cai� sebagai ucapan Selamat Tahun Baru, pada akhir zaman Dinasti Qing juga pernah disinggung oleh seorang pujangga bernama �趼人 (Wu Yanren) dalam catatannya berjudul “二�年目�之怪�狀� (Ershi Nian Mudu Zhi Guai Xianzhuang/Gejala-gejala Janggal Sepanjang 20 Tahun Belakangan Ini), ulasannya cukup panjang (repot menerjemahkannya) tapi intinya adalah bahwa mengucapkan “Gong Xi Fa Cai� pada Tahun Baru Imlek adalah gejala janggal yang terjadi 20 tahun belakangan (waktu itu). Kemudian, oleh Lu Xun diangkat kembali lewat novel “�年� (Guo Nian/Tahun Baru) untuk menyindir masyarakat Tionghoa ketika itu (yang menurut beliau) sudah kerasukan mental budak dan materialisme.

Dalam catatan barat, ungkapan itu pertama kali muncul dalam catatan seorang bankir berkebangsaan Inggris bernama William yang ditulis pada thn 1826. Waktu bertugas di Guangzhou, William mendapati setiap tahun baru Imlek, karyawan Tionghoa yang bekerja di perusahaannya selalu bersoja padanya sambil berucap “Gong Xi Fa Cai, Gong Xi Fa Cai!!� yang buntut-buntutnya berakhir pada mengharapkan ang pao darinya!! Lebih lanjut William menulis, bila ungkapan itu keluar dari mulut anak-anak serta para pengemis (di jalan-jalan) akan menjadi lebih vulgar lagi yakni “Gong Xi Fa Cai, Hongbao Nalai!�

Untuk kita di zaman sekarang ini, selain ungkapan vulgar “Gong Xi Fa Cai� yang sudah kadung populer dan dianggap baku oleh masyarakat Indonesia, masih banyak sekali ucapan-ucapan untuk Selamat Tahun Baru Imlek yang sangat indah dan puitis, yang juga sudah lama dikenal masyarakat Tionghoa (bukan tambahan or bikinan saya atau rekan-rekan milis di sini). Ucapan berpasang-pasangan itu antara lain:

新春快樂,�事如� (Xinchun Kuaile, Wanshi Ruyi)
歲歲平安,年年有餘 (Suisui Ping'an, Niannian Youyu)
�祥如�,大�大利 (Jixiang Ruyi, Daji Dali)
�賀新禧,�事大� (Gonghe Xinxi, Wanshi Daji)
�家歡樂,奔騰�程 (Hejia Huanle, Benteng Qiancheng)
�星高照,開春大� (Jixing Gaozhao, Kaichun Daji)

Kalau ingin mengungkapkan sesuatu yang berhubungan dengan materi (kekayaan) ada yang lebih puitis seperti: 花開富貴,飛黃騰� (Huakai Fugui, Feihuang Tengda), tidak selalu harus “Gong Xi Fa Cai� yang awal-mulanya berasal dari ucapan ngemis para gembel!