Selasa, 31 Desember 2013

Resolusi Tahun Baru 2014

     Resolusi tahun baru ini semoga bukan hanya wacana dan ketika hari berganti hari maka semangat pupus perlahan lahan maka dari itu saya tuliskan agar saya selalu mengingatnya.
  • Terus bekerja sesuai passion/gairah hidup
  • Terus menulis baik di blog maupun media cetak
  • Lulus dari ISHA (International School Handwriting Analysis) dengan Nilai A
  • Berolahraga minimal 4 kali dalam seminggu
  • Terus menggali potensi diri yang masih terpendam (bukankah hidup ini harus terus mengeksplorasi diri?)
Apa resolusi tahun baru anda?

Jelang Akhir Tahun

     Apa yang anda lakukan di akhir tahun?
  • Turun ke jalan ikut menikmati keramaian tahun baru?
  • Liburan bersama keluarga ke luar kota/luar negeri?
  • Diam di rumah seperti tidak ada yang spesial?
  • Makan-makan di luar?
  • Nonton Televisi di rumah?
  • Bekerja jelang akhir tahun karena tuntutan pekerjaan?
  • Merenung,merefleksikan apa yang telah dicapai di tahun 2013?
Apapun yang anda lakukan,saya hanya ingin mengucapkan selamat tahun baru 2014.

Menulis

     Apa hebatnya sih bisa menulis? Bagi beberapa teman saya menulis itu pekerjaan membosankan,tidak berguna,dan yang terutama tidak bisa menghasilkan uang 'banyak'. Ada yang bisa memberikan contoh penulis yang kaya raya? Walaupun kaya pun relatif.
     Saya tidak mau berargumen dengan seseorang mengenai uang. Karena sekarang orientasi selalu menuju ke uang. Tidak menjurus ke passion atau gairah hidup. Teman saya pun saya katakan berkecukupan tetapi mereka boleh dibilang kerja karena terpaksa,tidak mencintai apa yang mereka kerjakan. Hanya memburu uang,tidak ada yang lain. Melihat si A gaji besar,sirik. Lihat si B jabatan naik dengki,yang paling lucu kalau hari senin berkata I hate Monday. Sedangkan jika hari jumat Thanks God it's Friday.Dimanah kesenangan dalam bekerja?
     Mereka yang berburu uang tidak pernah puas,selalu penuh dengan keluhan,derita nestapa,ratapan yang menindikasikan rasa tersiksa. Datang kantor jam 8 pagi pulang jam 5 sore,senin hingga jumat bahkan mungkin sabtu pun harus masuk. Lembur mengerutu,begitu ada tanggal merah semangat langsung membuncah,sedangkan jelang masuk kerja malah lemas,tak bergairah.
     Saya sekarang mengeser orientasi bekerja untuk memenuhi gairah hidup saya. Membaca itu nafas saya,menulis itu baru-baru saja saya dapatkan untuk mewadahi apa yang saya pikirkan dan dapatkan dari membaca. Saya ingin menjadi penulis yang ketika dipertanyakan berapa lama jam bekerja anda? Maka dengan keyakinan tinggi saya berkata saya tidak pernah bekerja,saya hanya menulis apa yang saya lihat dan rasakan lalu saya menuangkannya di tulisan.Saya tidak pernah 'bekerja'
     Menulis itu tempat saya untuk mengeluarkan unek-unek yang ada di benak. Setiap hari saya selalu mendapatkan hal baru,melalui pengamatan,permasalahan yang terjadi di kehidupan saya,kelucuan di tempat kerja,kondisi jalan raya,dan berbagai macam hal lain jika saya tuangkan di dalam tulisan satu hari penuh belum tentu selesai. Dari situ saya belajar menulis dengan runut,mencoba melatih kosakata,menambah perbendaharaan kata. Sehingga tidak monoton. Itu adalah kepuasan pribadi yang tidak bisa dapatkan. Di masa sekarang ini,orang semakin apatis,tidak perduli dengan sekitar,hanya mementingkan diri sendiri walaupun tidak semua orang seperti itu.
     Menulis adalah ajang melatih kreatifitas. Bagaimana agar tulisan tidak membosankan,menarik minat pembaca,yang suatu saat tulisan ini akan berguna bagi orang lain. Menulis adalah ajang berbagi,berbagi pemikiran,pandangan,maupun wawasan. Blog ini tidak hebat-hebat amat. Masih memerlukan masukan dan kritik yang banyak Tapi suatu saat nanti impian saya blog ini berguna bagi orang banyak,saya percaya menulis akan menghasilkan sesuatu,baik itu materi,ataupun kepuasan batin. Soal kaya itu bisa menyusul.
     Pertanyaan terakhir sebelum tidur. Jika anda kaya apa yang anda lakukan? Makan,tidur,belanja,dan tidak bekerja? Jika anda menjawab kalau kaya nanti dipikir lagi,arah dan tujuan hidup anda saya katakan masih hampa.Jika tidak kaya mengerutukah anda setiap hari,berharap ada hujan uang?

Note: Tulisan ini saya buat tengah malam,jika saya tidak memilih gairah akan menulis mungkin saya memilih untuk tidur,menonton televisi. Apa passion anda?

Senin, 30 Desember 2013

Kafe,Rokok,Musik dan Kopi

     Baru saja pulang dari sebuah kafe di Surabaya barat. Entah mengapa terasa begitu membosankan,entah karena alunan musik yang kencang atau asam rokok yang pekat. Ditemani 6 orang teman,di malam minggu suasana tampak lebih lengang,dikarenakan Surabaya telah ditinggalkan para penduduknya untuk liburan akhir tahun.
     Suasana di kafe tersebut tidak nyaman untuk bercakap-cakap,karena harus bersaing dengan suara speaker yang membahana. Itu dilihat dari eksternalnya.
      Sedangkan internalnya saya sendiri merasa bosan,membuang uang minimal 25 ribu rupiah,untuk secangkir kopi. Belum lagi makanan ringannya. Usia saya yang sekarang  mungkin sudah bosan untuk 'kongkow'. Dahulu hampir bisa dipastikan setiap minggu berkumpul dari kafe satu ke satunya. Mencoba satu per satu kafe yang baru dibuka. Mencoba menu-menu yang disediakan.
     Sekarang saya lebih memilih untuk makan berat bersama teman-teman,dibandingkan meneguk cairan yang nominalnya hampir sama dengan menu makanan yang membuat saya kenyang. Bahkan di kafe itu saya menonton TV selama hampir satu jam. Ngapain coba di kafe malah melihat TV. Yang lainnya sibuk chatting,main game di HP dan aneka kegiatan individualis.
     Mungkin mereka juga sama,merasakan kebosanan. Tidak ada kegiatan lain makanya memilih untuk kongkow. Walaupun dunia dari masing-masing pribadi berbeda. Ada yang jadi marketing,karyawan,pengusaha,kontraktor,dan lain sebagainya. Datang hanya untuk membuang waktu,sekedar berbasa-basi. Ada yang sudah menikah,mungkin hanya mengusir kebosanan dari sebuah rutinitas.
     Mungkin saya merasa sudah saatnya untuk menempuh jalan masing-masing,karena dunia yang terus bergerak maju,menuntut sebuah perubahan seorang individu. Tren anak muda yang sedang mencari jati diri telah lenyap dari pikiran saya. Digantikan waktu untuk berkarya,menjadi pribadi yang produktif. Semoga di tahun baru ini semuanya dapat terwujud.

Minggu, 29 Desember 2013

Review The Heirs


     Drama Korea ini sukses saya tonton habis dalam waktu 3 hari. Film berdurasi 60 menit sebanyak 20 episode ini berhasil membuat saya penasaran dengan alur ceritanya. Karakter yang banyak,tidak membuat saya kehilangan momen,karakternya malah saling melengkapi.
     Saya tidak akan menceritakan mengenai karakter masing-masing,karena sudah banyak berita yang beredar jika kita mencarinya di Google.Saya ingin melihat sudut lain dari sebuah film ini. 
     Alasan pertama saya menonton karena ada Park Shin Hye sebagai aktris perempuan. Bagi para perempuan,Lee Min Ho tentu tidak asing bagi pengemar drama Korea.
     Pada awalnya saya tertarik akan lokasi syuting yang terletak di Los Angeles California. Sungguh eye catching,apalagi rumah yang dihuni Kim Tan(Lee Min Ho) dengan kaca rumah yang tinggi disertai kolam renang yang langsung menghadap pantai.Episode awal yang begitu menarik.Selanjutnya,lokasi syuting berpindah ke Korea Selatan.
     Cha Eun Sang (Park Shin Hye) memiliki ibu yang tunawicara diperankan sangat apik oleh Park Hee-Nam (Kim Mi Kyung). Sosok ini begitu menarik dikarenakan mengunakan bahasa isyarat ketika berkomunikasi,dan menulis menggunakan kertas dan spidol ketika berhadapan dengan Han Ki-Ae(Kim Sung-Ryoung) ibunda Kim Tan. Anda akan menemukan kelucuan-kelucuan yang terjadi secara natural ketika melihat side story dari ke-2 pemeran tersebut.
     The Heirs memiliki cerita menarik akan permasalahan pribadi masing-masing karakternya. Pergumulan,tantangan yang sebagian besar terjadi karena permasalahan umum yang terjadi. Ketika seseorang diberikan pilihan antara memilih uang,ketenaran atau cinta. 3 Hal yang saling bertentangan tersebut dieksplorasi sangat baik.  Resiko yang akan ditanggung ketika memilih antara salah satu hal tersebut pun dipaparkan dengan jelas hingga penghujung film.
     Jelang ending,terlalu banyak flashback yang membosankan,tapi mungkin untuk mengingatkan para penonton akan apa yang telah terjadi,karena di Korea sendiri penayangannya 1 minggu 2 kali. Sedangkan saya menghabiskan waktu 7 episode dalam sehari. Jadi masih segar di ingatan saya akan film tersebut.
     Sekian tulisan saya mengenai film serial ini. Film recomended untuk mengisi waktu di masa liburan,walau saya sendiri bukan pengemar K-drama.

Promosi,Banner,Iklan Menyesatkan

     Pernah kena jebakan promosi? Mulai dari promo diskon 'up to 70%,buy one get one free',tiket vocher,dan aneka macam yang membuat perasaan berbunga-bunga dan pada akhirnya yang muncul hanya perasaan kecewa?
     Bagi yang pernah selamat,bukan hanya anda saja yang terkena jebakan ini. Disini ada saya melihat sisi pembeli yang dituntut untuk jeli dalam memilih,bukan asal langsung datang beli dan bayar. Bagi saya itu jebakan menyesatkan. Jika membuat promo tulisan besar-besar,tapi untuk syarat dan ketentuan berlaku tulisannya kecil sekali. Intinya pengunjung datang dahulu,urusan diskon dan semacamnya bisa diatur ketika tamu sudah datang.
     Kesan pertama membuat muak. Orang perlahan-lahan menjadi apatis akan promo tersebut,mengapa tidak bisa langsung jujur dan tanpa embel-embel. Apa yang tertera itu yang dilaksanakan,bahkan ada promo yang sudah lewat masa waktunya masih saja dipajang,ketika ditanya promonya masih ada? Mereka menjawab dengan enteng,maaf pak itu promosi bulan lalu,belum ditarik bannernya. Kecewa lagi.Adu argumen? Malah makin membuat jengkel.
      Di sisi lain itulah 'kepintaran marketing' saya kasih tanda " karena buat saya itu penipuan secara halus,bagi yang tidak terlalu ambil pusing misal ke supermarket main bayar aja tanpa cek ulang maka itu keuntungan bagi supermarket tersebut. Apakah bisa disalahkan sebagai human error? mungkin bisa,tapi sisi promosi pun bermasalah. maka dari itu saya menjadi apatis akan diskon2 tipu. Kini customer harus menjadi jeli,kritis,yang kadang bisa dibilang cerewet.
     Apakah dengan promosi jujur tanpa embel-embel sukar dilakukan? Seperti menolong tanpa mengharapkan imbalan. Mengharapkan keuntungan terselubung dari sebuah kecerobohan konsumen. Salah siapakah ini? Pembeli/Penjual?

Jumat, 27 Desember 2013

Kesukaran,Mimpi,Perjuangan.

"The more difficult environment a child is in,the more that child has to have a dream"
"Semakin sukar lingkungan dimana seorang anak berada,anak itu harus memiliki mimpi"

     Kutipan itu bagi saya benar adanya. Dalam lingkungan yang keras,mimpi dapat dikatakan sebagai visi dan misi,apabila seseorang tidak mampu memiliki visi,maka orang itu akan berkutat dalam hal yang sama secara terus menerus. Tidak mempunyai impian sama dengan mati,tidak memiliki harapan,.
     Tentang mimpi itu sendiri,terkadang pikiran malah membuat kekuatiran yang kadang tidak berguna. Mimpi itu hanyalah mimpi sampai itu tercapai.Apa impian saya? Jadi penulis,terlepas itu menghasilkan uang maupun tidak. Bagaimana caranya? Menulis saja,tulis apa yang mau ditulis,bentuk pola pikir dalam pikiran dan tuangkan,lama-lama akan terbiasa,latih terus sampai tulisan enak dibaca,belajar terus,sekarang kan mudah tinggal cari di Google. Apakah masih sukar? Hanya orang putus asa yang mencari-cari alasan.

Kamis, 26 Desember 2013

Kutipan Drama

The most beautiful English word in the world was "Mother"
The second through  fifth places were: "passion,smile,love and eternity"
Don't you agree with me?

The Heirs

Tips Menulis

     Menulis itu gampang-gampang susah. Perlu proses kreatif,tidak bisa asal ketik. Bisa sih asal ketik,tapi tulisannya tidak berbobot,tidak enak dibaca. Belajar dari beberapa penulis untuk bisa menghasilkan tulisan yang baik minimal tulisan itu dibaca ulang sebanyak 4-5 kali. Diperbaiki tulisan yang bertele-tele,dibuat padat tanpa kehilangan makna.Belum lagi soal tanda baca,agar tidak memunculkan kalimat ambigu.
     Harus membuat dulu kerangka tulisan,agar tulisan tidak keluar dari konteks. Menulis di blog sebenarnya wadah suka-suka untuk menulis,mau menulis apapun ok. Semoga pembacanya tidak bosan akan tulisan galau saya.
     Saya sebenarnya ingin membuat tulisan tentang pertanyaan,bukan statement. Saya tidak ingin membuat kesimpulan,biar pembaca yang menyimpulkan. Karena ini soal rasa.
     Bukan permasalahan benar atau salah,hitam atau putih,karena pertanyaan yang muncul bukan hanya ya atau tidak,lebih personal. Tapi otak saya belum sampai disana. Jadi ya harus lebih banyak baca buku,meningkatkan pemahaman, Mungkin hari ini belum bisa,tapi kalau dipelajari ya pasti bisa. apalagi ada google. yang mempermudah sesuatunya.

Rabu, 25 Desember 2013

Memaknai Natal

     Apakah aktifitas natal anda? Makan-makan bersama keluarga,pergi ke gereja,bekerja walaupun hari libur,atau hanya bersantai di rumah?
     Apa makna natal bagi anda sendiri? Waktu berkumpul bersama saudara seiman,acara tahunan yang rutin dirayakan,momen 'wajib' setiap tahun untuk datang ke gereja,atau tidak ada maknanya? Bagi saya pribadi tidak bermakna. Hanya aktifitas rutin setiap tahun. Merayakan natal itu merayakan kelahiran Kristus. Mungkin saya perlu bertobat karena menulis tulisan ini. Jika dianggap tidak bermakna mengapa juga saya mengaku Kristen. Bisa dimaki seluruh dunia dan ditertawakan. Tetapi bukankah lebih baik jujur terhadap diri sendiri daripada munafik? Yang ujungnya alasan klasik di atas.Merayakan kelahiran Kristus.
     Tetapi pada kenyataannya apa yang dilakukan? Bersikap apatis terhadap lingkungan.Menjadi batu sandungan,menjadi hakim untuk menuduh seseorang baik atau buruk,dan terakhir hanya menjadi penonton,bukan menjadi pelaku firman.
     Bertepatan dengan natal,saya pun lahir ke dunia ini. Walau bisa dianggap lahir bertepatan dengan kelahiran Kristus,tapi kalau bercermin rasanya beda jauh. Yang satu sempurna sedangkan saya penuh cacat cela. Saya mencoba memaknai segala hal yang terjadi hingga saat ini. Yang saya perlukan mungkin pengenalan pribadi akan Tuhan,bukan hanya sesuatu yang berlandaskan nalar/logika.
     Mengapa saya harus mempercayai Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat? Mengapa tidak ke yang lain? Apakah saya ini orang yang hanya berkata percaya hanya di mulut? Atau saya malah menjadi batu sandungan.
     Semoga tulisan ini sedikit mengusik nurani maupun iman anda.Karena pertanyaan ini bersifat personal,masing-masing dari kita seharusnya sudah bisa menjawabnya ketika anda berkata "saya percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat." Selamat natal 2013.

Selasa, 24 Desember 2013

Pergeseran Interaksi

     Saya mengamati bahwa berinteraksi zaman sekarang lebih banyak di depan computer, laptop, ataupun menggunakan peralatan elektronik yang lain. Tanpa bertatap muka,tak bisa menatap ekspresi. Bahkan ketika acara keluarga pun banyak yang sibuk dengan gadget masing-masing.
     Kini emoticon-emoticon yang mewakili perasaan bermunculan. Walau saya yakin 99% bahwa emoticon yang keluar semisal tertawa,yang mengetik belum tentu tertawa. Wajah pengirimnya datar-datar saja.
     Tulisan menurut saya tidak mewakili makna berinteraksi secara sepenuhnya.Tanpa ekspresi raut muka,gelak tawa,maupun tetes air mata.Saya merindukan hal tersebut. Tetapi zaman telah berubah. Apa mau dikata,hanya bisa memakluminya.
      Dasar manusia itu makhluk sosial,senang berkelompok. Kini berkelompok pun telah diakomodasi oleh aneka media elektronik. Mulai dari BB,FB,twitter dan aneka macam komunitas lainnya. Jadi kurang apa? Kembali lagi kadar tatap muka jarang sekali. Sekarang berkelompok pun lebih banyak pilihan.
     Masihkah anda berinteraksi dengan sesama pada saat-saat ini? Ataukah anda telah sibuk tenggelam dalam dalam kesibukan anda sendiri?

Senin, 23 Desember 2013

Produktifitas

Membaca dan berpikir itu termasuk kategori produktif atau aktifitas membuang waktu?
Jika produktif ,dapatkah kedua hal tersebut diukur?
Ataukah termasuk proses untuk menjadi kreatif ? Walau belakangan malah merasa tidak produktif dan kreatif karena melakukan 2 hal tersebut.
Kreatif/pemalas?

Sia-siakah para filusuf jaman dahulu berpikir dan merenung?Atau hanya orang yang kurang kerjaan yang mau melakukan 2 hal tersebut?

Percakapan yang sering saya dengar ketika mengajukan 2 pertanyaan ini.
"Suka baca buku?"
"Lebih baik tidur daripada baca buku,bikin ngantuk."
"Suka engga berpikir/merenung?"
"Ngapain juga dipikirin,lebih baik dijalani,mengalir saja seperti air."

Yang nulis lagi bingung,yang baca jadi ikutan bingung. Tar kalau ada kesempatan bakal saya edit,biar lebih mudah dicerna.Tulisannya tidak enak dibaca. Cuma ingin posting kebingungan saja. Bingung rame-rame kan lebih baik. Siapa tahu ada solusi.

Minggu, 22 Desember 2013

Doa

Macam-macam jawaban doa :
  • Ya
  • Tidak
  • Nanti/Tunggu 
     Jika Doa langsung dijawab 'ya' atau 'tidak',maka tidak ada permasalahan. Tetapi kalau disuruh 'nanti/tunggu' sabarkah anda menanti? Atau berpaling ke yang lebih cepat menjawab doa anda?

Sabtu, 21 Desember 2013

Keputusan



     Beberapa minggu ini saya dipusingkan dengan mengambil sebuah keputusan penting dalam pekerjaan. Ada 2 pekerjaan yang menarik perhatian saya,tetapi saya masih bingung untuk memilih yang mana. Mencoba membanding-bandingkankan antara yang satu dengan yang lain hasilnya kurang lebih berimbang.
     Dipikir menggunakan nalar hasilnya berimbang,mencoba mencari jawaban melalui doa pun sudah. Akhirnya malah menemukan sebuah kutipan yang saya tulis di selembar kertas pada tahun 2005.Sudah 8 tahun umur tulisan itu,menunggu untuk dibaca kembali."Tidak sulit membuat keputusan jika kamu tahu bagaimana menghargai sesuatu."
     Apa sih yang aku hargai? Pertanyaan mendasar yang jarang saya renungkan. Saya  menghargai 'waktu'. Begitu banyak waktu yang terbuang percuma untuk berada di jalanan. Dengan kemacetan yang semakin hari semakin parah. Saya membayangkan diri berada di tengah kemacetan,menua di jalan,menghabiskan waktu berpuluh-puluh jam hanya untuk menerobos kemacetan. Dan melalui tulisan ini saya menemukan sebuah petunjuk baru untuk mengambil sebuah keputusan,yaitu pekerjaan yang berorientasi pada hasil bukan pada sebuah angka absensi.

Berkendara Malam Hari

     Baru saja pulang dari pekerjaan mengendarai sepeda motor. Naik motor malam hari itu nikmat,tidak kepanasan,bisa merasakan semilir angin , sejuknya udara pun menerpa wajah ,yang walaupun memiliki efek samping bisa masuk angin. Tapi terasa segar,apalagi jalanan baru diguyur oleh hujan yang cukup lebat.
     Yang mau saya bahas sekarang,ternyata saya sangat menikmati suasana malam hari ketika jam sudah menunjukkan 22.00 keatas. Jalanan tidak terlalu padat bahkan boleh dikatakan sepi. Pada saat itulah saya menikmati berkendara yang sesungguhnya. Bandingkan dengan ketika jam berangkat anak sekolah pada pukul 06.30 hingga pukul 09.00 maupun orang berangkat ke kantor,seluruh ruas jalan rasanya padat merayap.Jarak 3 km saja saya yakin minimal memakan waktu 10-15 menit.
     Jarak dari rumah saya hingga ke pekerjaan sekitar 11 km. Yang apabila memasuki jam kerja bisa saya tempuh antara 40 hingga 50 menit. Itu kalau tidak banjir. Kalau banjir? Mending tidak usah kerja mungkin. Sedangkan kalau pulang pada malam hari cukup 20 menit. Berapa banyak yang aku buang untuk di jalan? Mending nulis di blog daripada bermacet-macet ria dengan kendaraan lain,makan asap knalpot lagi.Sayangnya saya masih bekerja 'ikut' orang. Jadi masih belum bisa semaunya dalam bekerja.

Jumat, 20 Desember 2013

Surat Cinta Untuk Ibu di Hari Ibu



Tulisan ini dimuat di koran Jawa Pos Edisi hari Jumat,20 Desember 2013 halaman B10.

     Ma,di jelang umurmu yang ke-60 tahun ,terima kasih telah menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan segala perhatianmu , pemahamanmu ,dan kesabaranmu. Di usiaku yang ke-28 tahun,maaf aku belum banyak berkontribusi untukmu,hanya mementingkan urusan pekerjaan,dan pertemanan. Hanya memberi materi,jarang sekali aku mengucapkan terima kasih,maupun sebuah pelukan.
     Melalui tulisan ini aku berharap engkau mengerti,bahwa dari lubuk hatiku aku amat menyayangimu. Apalagi sebagai seorang lelaki,jarang emosi tergelitik oleh hal sentimental. Walaupun sedih aku harus tetap tegar. Apalagi semenjak ditinggal papa.
     Terima kasih atas sarapan yang telah engkau sediakan ketika aku akan berangkat sekolah hingga kini bekerja. Aneka masakan telah engkau sediakan,hingga aku tak perlu lagi keluar membeli makanan yang kehigienisannya tidak aku ketahui. Ketika engkau bepergian,masakanmu selalu kurindu,apabila membeli makanan susah sekali mencari makanan yang berkuah,selalu gorengan.
     Pada tahun ini ada beberapa hal yang menjadi impianmu akhirnya aku bisa wujudkan. Jalan-jalan ke luar negeri,yang selama ini engkau hanya menontonnya di layar kaca akhirnya dapat terwujud. Aku tahu ini tidaklah seberapa dibanding apa yang telah engkau berikan kepadaku,sejak kecil hingga sekarang,sedikit banyak itu hanyalah kado kecil dari aku.
     Maafkan untuk satu hal,mama ingin aku segera menikah. Tapi,tidak dapat segera aku lakukan,sehingga engkau masih harus harus mengurus aku. Aku tahu engkau tidak pernah menuntut dan memaklumi hal tersebut. Itulah yang membuatmu menjadi mama yang sempurna dimataku,walaupun banyak kekurangan,aku selalu bersyukur memiliki engkau sebagai mamaku. Love you mom...
 Selamat hari ibu

Surat Untuk Ibu

     Bangga.Itu yang saya rasakan sekarang,ketika foto beserta tulisan saya terpampang di koran Jawa Pos tanggal 20 Desember 2013 pada halaman B10. Itu tulisan pertama saya yang terpampang di sebuah media cetak dengan porsi cukup besar. Walaupun tidak berbentuk artikel,cerpen maupun referensi buku yang berbobot,melainkan hanya sebuah surat cinta untuk ibu.
     Tulisan itu cukup sederhana,hanya sebuah ucapan terima kasih kepada ibu. Tapi itu memacu saya untuk berkarya menjadi lebih baik. Pujian dari teman,maupun kerabat akan tulisan itu membuat semangat untuk menulis semakin membuncah.Ternyata tidak sia-sia saya belajar menulis selama ini
     Hal yang terpenting yang saya dapat adalah "surat untuk ibu" yang terpampang di koran tersebut dibaca oleh mama saya. Matanya berkaca-kaca. Saya pun sedikit banyak ikut terharu,walau tidak sampai menitikkan air mata.
     Saya sendiri kurang bisa mengekspresikan diri ketika berinteraksi dengan orang tua saya. Bercakap-cakap pun hanya seperlunya. Dengan menulis saya lebih bisa mengekspresikan perasaan saya. Tetapi apapun media yang kita gunakan,yuk kita bahagiakan ibu kita.

Kamis, 19 Desember 2013

Interaksi

     Saya suka berinteraksi dengan banyak orang. Dari berinteraksi tersebut bisa didapatkan banyak hal. Pengetahuan baru wawasan baru,bahkan mungkin relasi baru.
     Saya memutuskan untuk mengeliminasi beberapa orang yang tidak sepaham dalam berkomunikasi. Karena sekarang masih banyak orang yang semaunya sendiri.Tidak mau mendengar pendapat orang lain,merasa paling benar,apalagi bertemu dengan orang yang berpikiran sempit. Lebih baik say hello then goodbye.
     Fakta menarik yang saya temukan dalam berinteraksi yaitu kalau orang sombong bertemu dengan orang sombong tidak akan akur,orang sombong HARUS dipertemukan dengan orang rendah hati,maka bisa berinteraksi dengan baik.
     Saya bukan orang yang manis mulut,manis mulut itu seperti musuh dalam selimut,yang ujungnya bisa saja menikam dari belakang.lebih baik menunjukkan warna asli,daripada tidak jelas statusnya lawan atau kawan. Kawan atau lawankah anda?    

Tabiat Buruk

     Satu minggu lagi berulang tahun yang ke 28. Makin berumur,tapi merasa semakin tidak bisa mengontrol emosi.Topik yang masih saja menjadi masalah utama. Bukan sebuah alasan bahwa emosi tidak bisa dikontrol,tapi saya sendiri merasa lebih baik dikeluarkan dan tidak menjadi masalah kronis daripada menggerutu dalam hati,malah jadi penyakit. Tapi ya itu,kadang kalau sudah keluar sering kebablasan. Yang penting emosi keluar duluan,tidak peduli perasaan orang lain. Kemasan yang keluar isinya sampah beserta segala hewan kebun binatang terkadang keluar. Menyesal? Saya rasa tidak. Susah kan kalau ketemu orang bebal seperti saya.
     Solusi paling mudah akhirnya saya memutuskan tidak dekat-dekat dengan sumber masalah,sumber masalah saya cuma satu saja yaitu MANUSIA itu sendiri. Manusia-manusia yang tidak sepaham lebih baik saya jauhi daripada saya diam, karena jika saya buka suara ujungnya berargumen tanpa menemukan solusi dan akhirnya bikin emosi.

Rabu, 18 Desember 2013

Subuh

     Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi,disaat semua orang sedang terlelap dalam tidurnya saya masih saja belum bisa memejamkan mata. Akhirnya iseng-iseng bercermin,melihat dahi yang kini sudah memiliki empat guratan yang tampak samar.  Efek dari tidur yang tidak teratur disertai berpikir terlalu keras tetapi tanpa solusi.Penting tidak sih tulisan ini buat para pembaca? Saya rasa tidak.
     Browsing,baca buku pun malas otak ini rasanya sudah penuh,menonton film pun tidak ada semangat,ya akhirnya menulis tulisan absurd sembari menunggu mata mengantuk.
     Apakah orang yang tidak bisa tidur malam hari itu memiliki sebuah ganjalan hati pada aktifitas di siang hari yang secara tidak sadar terbawa ke alam bawah sadar dan akhirnya menjadi pengganjal untuk bisa tidur dengan lelap?Mungkin saja
     Kadang iri dengan anak kecil yang tidak ada beban,mau tidur ya tinggal tidur,makan tinggal makan,yang walaupun anak SD sekarang udah seperti orang kerja,bangun pagi jam 6 lanjut sekolah sampai jam 1 siang dilanjut kursus,bimbingan belajar sampai pukul 5 sore. Dimana kesenangan dari bersekolah? Saya rasa sudah hilang dikarenakan tuntutan jaman.
     Tidak bisa tidur malam hari bisa juga disebabkan tidak ada kegiatan sepanjang hari. Aktifitas tidak ada,hanya didepan computer,duduk diam di pekerjaan,tidak ada pekerjaan fisik juga memungkinkan hal ini terjadi. Jadi ingat kalau jalan-jalan keluar negeri,sejauh manapun tempatnya ditempuh dengan jalan kaki terasa menyenangkan,sedangkan di Surabaya,jalan kaki dari rumah ke minimarket aja sudah tidak ada semangat.Naik motor aja lebih cepat,biar bisa kembali ke rumah cepat-cepat.
     Suasana dingin pun mendukung untuk tidur ditambah AC yang menyala, tetap saja otak masih saja segar seperti minum kopi,padahal minum kopi pun jarang sekali,merokok juga tidak. Jika tulisan ini saya teruskan bisa-bisa satu halaman penuh isinya tulisan absurd.
     Sudah pukul 02.30 Sata coba tidur dulu dengan memejamkan mata sembari menghitung domba yang lewat atau lebih baik menghitung uang yang datang? :p

Selasa, 17 Desember 2013

Blogger

     Baru saja melihat tulisan usang saya pada awal-awal penulisan blog. Sudah 2 tahun lebih penulisan blog ini berjalan,walaupun pada awal-awalnya penulisannya tidak rutin dan menulis semau saya,tanpa memperhatikan etika penulisan,yang kini sedang saya coba pelajari perlahan-lahan,walau masih jauh dari kata sempurna.
     Ternyata tulisan saya amburadul. Akhirnya saya coba edit-edit sendiri,tata kalimat yang dibenarkan,menjadi lebih enak dibaca. Akhirnya terbitlah tulisan ini.
     Banyak tulisan-tulisan yang saya comot langsung dari sumbernya karena menginspirasi. Masa lalu tampaknya selalu lebih menyenangkan karena sudah terlewati. Ketika membaca tulisan itu kembali,kenangan akan momen tersebut muncul kembali. Baik suka maupun duka,melalui blog ini serasa saya menulis diary.
     Blog juga saya rasakan tempat mengasah pola pikir,tempat menuangkan ide,mengeksplorasi diri dan wawasan. Bagaimana membuat penulisan yang baik dan berbagai hal yang positif. Walaupun memakan waktu tapi blog ini bisa menjadi rekam jejak saya pribadi. Proses pertumbuhan dan kerangka berpikir. Menulis bagi saya yang sekarang lebih mengalir,dibandingkan dahulu kala. Kejadian sehari-hari selalu menjadi cerita yang menarik untuk direnungkan karena selalu menyentuh.
     Kini waktunya belajar kembali untuk menulis...Thanks www.blogger.com karena menjadi wadah untuk saya berkarya.

Mobil Vs Motor

     Hari ini berkeliling kota menggunakan mobil bersama teman. Perjalanan dari Surabaya Barat (Pakuwon) menuju Surabaya Timur (Kertajaya dilanjut Ploso) memakan waktu kurang lebih 2 jam. Saya sampai terkaget-kaget. Dengan saya menggunakan sepeda motor hanya memerlukan waktu maksimal 1 jam. Hampir dari separuh waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan ini.
     Saya bukan orang yang menyetir mobil tersebut,tapi merasakan emosi ketika dilanda macet,dipotong ditengah jalan oleh sepeda motor,jalanan yang sempit,hujan dan banjir. Siapa bilang naik mobil enak? Saya yang berada di samping pengemudi pun merasa kelelahan. Apalagi yang menginjak pedal gas,rem,maupun kopling.
     Dibanding naik sepeda motor yang bisa menyusup diantara keramaian dan sering disebut raja jalanan,saya rasa itu layak disematkan bagi para pengendaranya. Hanya saja naik sepeda motor malah lebih mudah terpancing emosi karena harus makan asap mobil,lahan jalan yang dikuasai oleh mobil-mobil besar,karena mobil kan tidak kehujanan dan tidak kepanasan. Sedangkan motor? Kalau hujan kebasahan,panas siap-siap saja berkeringat.
     Dalam perenungan saya di kemacetan jalan ini ternyata naik mobil maupun motor sama-sama tidak menyenangkan. Yang paling enak? Tidak turun ke jalanan,duduk diam dan berkarya di depan komputer,mendengarkan musik,membaca buku,maupun browsing dan berharap ke depannya saya memiliki kantor di rumah,tanpa harus melintasi kemacetan jalan. Seperti yang saya lakukan setiap setiap harinya walau belum berkantor di rumah.

Minggu, 15 Desember 2013

Mencari Role Model

     Setelah sekian lama melakukan pengamatan dari jauh,idealisme saya tentang kebebasan finansial dan waktu itu semakin blur. Saya melihat semakin seseorang memiliki kekayaan,maka semakin sibuklah dia,jika seseorang memiliki toko,maka dari pagi ia akan menjaganya hingga sore atau malam hari setiap hari. Pulang hingga malam hari adalah hal yang wajar,kehidupan yang saya benci dari dahulu hingga sekarang. Pergi pagi pulang malam dan hiburannya hanyalah makan,tanpa aktifitas yang berbeda. Terpaku akan satu hal yang sama secara konstan. Layaknya warga Jakarta kebanyakan.
     Mungkin saya kurang memiliki sahabat yang hidup dengan passion. Hanya mencari uang tanpa mencari nilai lebih. Pencarian itu hanya ditemukan di buku,bahkan ketika saya mengamati seorang role model  bernama Tung Desem Waringin,betapa padat jadwalnya. Dari pagi hingga malam hari,mulai dari seminar,rapat direksi,dan berbagai macam kegiatan yang menyita waktu. Tapi itu hanyalah pengamatan dari jauh,bukan dari dekat,maka segalanya adalah subjektif. Setahu saya,ia keliling dunia setiap 3 bulan sekali. Entahlah,mungkin saya sendiri salah,karena tanpa didukung bukti akurat.
     Mungkin saya hanya menghindari rasa sakit,dan membuat berbagai alasan untuk lari dari hal yang disebut pengorbanan? Mungkin saja. Dengan tulisan inipun saya sebenarnya sedang mengeksplorasi akan diri sendiri. Jika saya tidak bisa mendapatkan seorang role model,mungkin saya harus menjadi role model bagi diri sendiri dengan mengimajinasikan hal tersebut.

Sabtu, 14 Desember 2013

Konsisten

      Konsisten itu ternyata tidak mudah. Untuk menulis di blog ini secara rutin dan continue sama sulitnya. Butuh motivasi lebih,padahal seharian di depan laptop,browsing,dan tidak melakukan apapun,tapi ketika harus mengetik sesuatu bingung mau menulis apa. Akhirnya yang ada di otak sekarang aja yang saya tulis. Ide betebaran dimana mana,tetapi ketika disuruh menulis langsung kosong isi kepala. Ngaku penulis tapi malas nulis,gimana mau maju? Ya dipaksa maju. Semoga besok dapat ide bagus buat nulis...

Jumat, 13 Desember 2013

Ability

Kalau bisa sepenuhnya, mengapa setengah-setengah?

Kalau bisa menjadi yang terbaik, mengapa menghalangi upaya?

Kalau bisa mendapatkan yang lebih baik, mengapa berhenti di secukupnya?

HARI INI, CUKUP ITU CEPAT KURANG.

Biaya kehidupan naik, kehidupan semakin pelik dan mahal, jarak menjadi semakin jauh, perjalanan semakin panjang, dan ketidak-sabaran semakin liar.

Kita harus mampu.

Hanya mencukupkan upaya, telah terbukti kurang.

Lebihkanlah upaya, sehingga Anda mampu membiayai kehidupan yang lebih lega dan menabung untuk masa-masa gagal panen.

Belajarlah dari semut.

Semut bekerja keras di masa sulit, agar hidup tercukupi di masa yang lebih sulit.

Semut tidak mengharapkan pemberian mudah, dan tidak marah kalau tidak ada yang memberinya gratisan.

Marilah kita menjadi manusia yang hidup penuh penghormatan kepada diri sendiri.

Marilah kita hidup dengan sepenuhnya.

Sumber: Mario Teguh – Loving you all as always

Zona Abu-Abu

Takaran Dosa?
  •  Bagaimana cara tahu lebih besar mana dosa dan pahala seseorang?
  • Siapa yang bakal menimbang besarannya?
  • Siapa yang membuat takarannya?
  • Bisakah kita menakarnya? 
  • Mencuri seribu rupiah apakah dosanya lebih ringan daripada yang mencuri hingga milyaran rupiah?
  • Menyumbang dengan berkoar-koar bukankah sama saja dengan kesombongan yang terselubung?
  • Tahu seseorang melakukan kejahatan tapi tidak melakukan apapun melainkan hanya diam saja. Apakah sama saja dengan menjadi pelaku kejahatan?
  • Selingkuh dengan diam-diam atau menikah dengan dua istri. Dosa?
Sekedar pemikiran di siang hari. Seperti membedah benang yang sudah tipis tapi harus terus dibelah. Tidak akan menemukan jawaban absolut,selalu akan ada pro dan kontra.

Kamis, 12 Desember 2013

Rumah Duka Part 2

     Hal yang menyedihkan dimanapun termasuk rumah duka adalah apabila yang meninggal orang yang tidak punya uang,suguhan makanan sedikit,papan turut berdukacita hanya satu ataupun dua bahkan tidak ada. Sepi pengunjung.

Jadi teringat akan pembicaraan dengan mantan bos saya.
"Tuh lihat kalau orang tidak punya uang,yang datang aja sedikit!" Ujarnya.
"............" Saya memilih untuk bungkam.

"Lihat kalau orang kaya meninggal,yang datang banyak,papan nama bersebaran sampai overflow." Lanjutnya
"............" Diam,sembari menyadari realita yang terjadi.

"Buka dua ruangan pun sampai tidak cukup,tamu datang silih berganti,bandingkan dengan yang tidak punya uang,yang datang tidak ada,musik penghiburan tidak ada,yang menangisi pun tidak ada."Cerocosnya.
"..........."

"Lihat peti matinya dari kayu jati,harganya mahal hingga ratusan juta,bukti keluarganya sayang. Keluarganya menangis sembari meraung-raung."
" Apa indikatornya selalu dengan sesuatu yang kasat mata?" Ujarku dalam hati.

"Yang mengantar ke tempat persemayaman terakhir diiringi oleh banyak orang,dikawal oleh Patwal setelah acara persemayaman maka dilanjut acara makan-makan,kalau orang tidak punya uang? Boro-boro diiringi oleh banyak orang, anak sendiri saja belum tentu mengiringi. Makan-makan apalagi,paling juga sehabis dikubur pulang ke rumah masing-masing." Pungkasnya.

     Tidak semua orang memandang hal sama seperti yang dipandang oleh mantan bos saya,tapi itulah pandangan baru bagi saya,bahwa setiap orang baik besar maupun kecil memandang,menilai sesuatu dari apa yang mereka lihat dan rasakan. Gap yang menganga tampak terlihat jelas,perbedaan antara si kaya dan si miskin. Itulah realita kehidupan.

"Tidak ada orang yang ingin meninggal miskin,meninggalkan hutang."Tutur Mrs M.

Tanpa bermaksud mengurui. Ucapan Bill Gates "Manusia lahir tidak dapat memilih ingin lahir dari keluarga kaya atau miskin. Itu bukan kesalahan mereka. Tetapi apabila seseorang meninggal dalam kemiskinan,itu adalah kesalahan mereka sendiri." Ini jawaban saya dari dalam hati.

Rabu, 11 Desember 2013

Rumah Duka Part 1

     Apa sih yang disebut rumah duka? Tempat untuk berduka? Tempat penghormatan terakhir? Atau tempat sekedar untuk makan minum sembari bercengkrama?
     Baru saja dari rumah duka Adi Jasa,mengunjungi kakek teman yang baru meninggal. Disana tersebar papan nama penuh akan orang yang turut berbelasungkawa. Sekedar info untuk mengetahui orang itu penting atau tidak,golongan terpandang atau tidak cukup melihat papan nama yang ada,semakin penuh ruangan akan papan nama maka semakin terpandanglah orang tersebut.
      Di sisi  lain terjadi pergeseran yang cukup aneh untuk saya pribadi dimana dahulu ketika orang meninggal di rumah duka disediakan kacang,kwaci,minuman gelas kemasan,dan snack-snack ringan. Sedangkan sekarang makanan berat pun tersedia,mulai dari sop merah,soto,nasi goreng dan hidangan berat lainnya. Tergantung penyelenggara. Dan yang paling lucu adalah ada semacam stand kopi yang memberikan minuman secara gratis. Dalam hati saya bertanya ini promosi terselubungkah di tengah orang yang sedang berduka? Bergeserkah makna dari RUMAH DUKA?
      Apanya yang berduka? Jika disibukkan dengan aktifitas makan yang tidak selesai-selesai atau disebabkan tidak mau rugi karena sudah memberi uang duka cita. Ingin balik modal dengan makan sekenyang-kenyangnya. Orang yang meninggal tidak saya kenal,bagaimana mau berduka? Menunjukkan rasa simpati dengan kehadiran saya? Ah sudahlah,mungkin saya yang masih muda belum mampu untuk merasakan apa yang dimaksud dengan duka itu sendiri

Hujan Di Pagi Hari

      Pukul enam pagi sudah hujan,saat sebagian aktifitas rutin belum dimulai. Membuat malas untuk melakukan sesuatu. Ah,mungkin hanya aku yang begitu. Yang lain tetap bersiap untuk melakukan kegiatan rutin mereka. Ini bukan soal mood,ini soal komitmen dan dedikasi.
     Mengapa hujan tidak terjadi pukul sembilan pagi saja? Disaat aktifitas perkantoran dimulai,sudah sampai di kantor dengan selamat. Jika Tuhan dapat didikte,mungkin kekacauan akan terjadi. Bagaimana nasib marketing? Yang pekerjaan sehari-harinya berada di jalanan.
     Mau beraktifitas atau mau melanjutkan tidur itu balik ke pribadi masing-masing. Hanya tiga hal yang pasti yaitu waktu terus berjalan. Bumi terus berputar. Matahari terus bersinar.

Selasa, 10 Desember 2013

Bangun Pagi

      Nikmatnya hari ini ketika bangun pagi merasakan embun pagi,dinginnya udara pagi,segarnya oksigen yang dihirup ditemani kicau burung dan suara ayam berkokok yang sayup-sayup terdengar di wilayah saya bermukim.Mengingatkan akan suasana masa kecil di Bandung dimana jarang terdengar suara motor,mobil,yang ada hanyalah para pejalan kaki,becak,kokok ayam di pagi hari. Yang kini suasana itu tidak bisa didapatkan kecuali berada di pedesaan.
     Sudah hampir 2 tahun jarang bangun pagi semenjak pekerjaan tidak mengharuskan untuk bangun pagi.Disebabkan gaya hidup tidak sehat saya dimulai tidur jelang subuh dan bangun antara jam delapan pagi hingga sepuluh pagi. Dimana waktu produktif saya adalah jam sebelas malam keatas.
     Resolusi tahun depan mungkin saya akan menormalkan jam tidur saya. Bergaya hidup sehat diimbangi dengan olahraga. Semoga bisa terlaksana.

Senin, 09 Desember 2013

Aspirasi Generasi Y (Gen Way)

     Kutipan ini saya dapat dari majalah SWA yang ketika saya renungkan ternyata saya pun mencari hal tersebut secara tidak sadar.
Aspirasi-aspirasi gen Y::
  • Kesempatan meraih prestasi pribadi (self-achievement)
  • Kesempatan berkontribusi sosial pada masyarakat
  • Kesempatan mendapatkan insentif yang bermanfaat bagi keluarga
  • Kesempatan memperoleh tantangan yang berbeda-beda.

Minggu, 08 Desember 2013

Insane

Insanity is doing the same damn thing over and over and expecting a different result

Senin, 02 Desember 2013

Loper Koran Indragiri Surabaya

     Bagi yang sering melewati jalan Indragiri arah Mayjen Sungkono Surabaya di pagi hingga sore hari,pasti tahu apa yang akan saya ceritakan. Di perempatan lampu merah,tampak penjual koran yang memakai tongkat. Tulisan kali ini saya mencoba mengisahkan penjual koran ini.
     Setiap hari saya selalu melewati jalan ini dan berpapasan dengan penjual koran ini,satu hal yang saya kagumi adalah ia selalu berjualan koran dari pagi hingga siang hari,terkecuali ketika hujan ia tidak kelihatan berjualan. Hal yang menarik adalah ia berjualan sejak lama dengan memakai tongkat. Saya berpikir kenapa tidak minta-minta aja menjadi pengemis? Hanya perlu modal tampang memelas ingin dikasihani,apalagi dengan tongkat di tangan. Saya yakin banyak yang iba.
     Tetapi ia berbeda,ia menjadi loper koran setiap hari di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Saya tahu karena saya setiap hari selalu melewati jalan tersebut. Ia membawa koran di dengan alat bantu yang diikatkan di tubuhnya. Dalam hati saya bergumam,"hebat ya."Jika saya dikondisikan seperti itu mungkin saya memilih mati,atau tinggal di rumah minta dikasihani,tak mau berbuat apa-apa,hanya minta dilayani.
     Hal paling mendasar yang saya dapatkan dari orang ini adalah ia tidak menyerah pada keadaan dan menurunkan derajatnya menjadi seorang pengemis,ia memilih bekerja apa yang ia bisa lakukan. Secara tidak langsung orang menjadi respek terhadap dia. Saya yakin banyak orang yang membeli koran kepadanya dan kembaliannya silahkan diambil. Tetapi orang yang memberi tersebut merasa rela dibandingkan memberi kepada pengemis yang karena keterpaksaan disebabkan rasa tidak nyaman akan kehadiran mereka.
     Walaupun jualan koran dibandingkan menjadi pengemis lebih besar penghasilan pengemis,apalagi baru saja ada berita pengemis membawa uang kontan sebesar 25 juta rupiah,yang hasil penyelidikan polisi adalah hasil meminta-minta selama beberapa minggu.
     Hal terakhir yang ia lakukan adalah selalu mengucapkan kata ajaib dengan lantang "terima kasih"disertai dengan senyuman yang tulus. Senyum dan ucapan terima kasih bagi saya sudah sangat jarang sekali saya temukan di lingkungan saya. Bagi saya sendiri itu adalah setetes embun yang menyegarkan.Pertanyaan saya untuk pembaca,sudahkah anda tersenyum hari ini? Saya sendiri belum.